Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Pesan Moral dari Cerita Malin Kundang

11 Januari 2024   14:54 Diperbarui: 11 Januari 2024   14:59 507 1
Malin Kundang adalah cerita yang sangat populer dan tidak asing terdengar di telinga kita. Banyak sekali pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita yang berasal dari Sumatera Barat tersebut. Untuk lebih lanjutnya, yuk kita kupas singkat mengenai cerita Malin Kundang asal Sumatera Barat ini! Berikut sinopsis dari "Malin Kundang"

Dahulu kala, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Ia tinggal bersama sang ibundanya yang bernama Mande Rubayah di sebuah dusun nelayan, Sumatera Barat.

Malin Kundang tumbuh menjadi anak yang cerdas dan juga pemberani, hingga saat beranjak dewasa ia pergi ke negeri seberang. Dengan harapan saat nantinyakembali ke kampung halaman, ia bisa menjadi saudagar yang kaya raya.

Malin tertarik dengan ajakan seorang nahkoda kapal dagang yang dulunya miskis sekarang telah menjadi seorang yang kaya raya. Tekadnya pun semakin kuat, lalu Malin Kundang pun meminta izin kepada sang ibundanya, Mande Rubayah. Ibundanya sempat tidak setuju, namun akhirnya mengizinkan karena Malin Kundang terus mendesaknya. Sang ibunda berpesan bahwa jika sudah menjadi orang yang berhasil dan berkecukupan, jangan melupakan sang ibu dan kampung halaman.

Ternyata keberadaan Malin Kundang sangat disukai karena ia adalah seorang yang rajin dan juga seorang pekerja keras. Beberapa tahun kemudian, kini Malin Kundang telah menjadi seorang nahkoda yang kaya raya. Ia mengepalai banyak sekali kapal dagang dan juga berhasil menikahi salah seorang putri raja yang cantik jelita.

Kabar kesuksesannya pun sampai ke telinga sang ibunda, Ia senang bukan main. Setiap harinya Mande Rubayah menyempatkan diri pergi ke dermaga. Ia berharap bisa bertemu dengan putranya, Malin Kundang.

Suatu ketika, Malin Kundang kembali ke kampung halamannya. Sampailah kapal mereka di kampung halaman tempat Malin Kundang dibesarkan. Saat turun, Malin Kundang disambut oleh sang Ibunda, Mande Rubayah. Mande Rubayah lalu memeluk Malin Kundang. Namun, Malin kundang malah melepaskan pelukan tersebut dan mendorong ibundanya sampai terjatuh. Malin Kundang berpura-pura tidak mengenali ibundanya, karena merasa malu melihat ibunya yang sudah tua dan memakai pakaian yang compang-camping. Sang istri pun bertanya kepada Malin Kundang apakah wanita yang memeluknya tadi adalah ibundanya atau bukan. Namun malin tidak mengakuinya dan menjawab bahwa dia adalah seorang pengemis yang mengharapkan hartanya.

Melihat tingkah Malin yang angkuh di depan istrinya, Mande Rubayah merasa sakit hati. Ia melihat kapal anaknya lalu berdoa agar Tuhan menghukum anaknya. Badai besar kemudian menerjang kapal Malin Kundang sampai hancur dan Malin Kundang terkutuk menjadi batu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun