Bencana selalu bisa menjadi berita. Peristiwa malang yang terjadinya secara tiba-tiba itu tak ayal pasti memiliki banyak sisi dan nilai berita yang bisa dicari, digali, dan ditelusuri. Sayangnya, kebanyakan jurnalisme layar kaca di Indonesia masih menjadikan sisi korban sebagai obyek dan sudut favorit dalam pengambilan berita. Sering kali duka korban digali sedemikian rupa, ada korban yang ditanya-tanya kejadian yang menimpanya hingga tumpah air matanya, bahkan tak jarang korban menjadi histeris. Ironis, di tengah bencana dan kemalangan, stasiun TV justru seolah berlomba menyajikan jurnalisme iba dengan tangisan korban menjadi menu andalan.
KEMBALI KE ARTIKEL