Bencana banjir merupakan salah satu ancaman serius bagi kesejahteraan masyarakat di berbagai wilayah, termasuk di Kota Bekasi. Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bekasi telah mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, memberikan dampak serius terhadap kehidupan sehari-hari penduduk serta infrastruktur kota. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain (Sebastian, 2008). Selain itu terjadinya banjir dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengairan sistem drainase atau sistem aliran sungai (Hafizhan & Priyana, 2020).
Kesadaran akan risiko sebenarnya masih rendah di kalangan warga, disebabkan minimnya informasi yang diterima mengenai pola dan dampak banjir. Ketidakpastian informasi terkait cuaca, tinggi muka air sungai, dan langkah-langkah pencegahan juga menyulitkan warga dalam mempersiapkan diri. Respons pemerintah yang terlambat, kurang transparan, dan kurang terkoordinasi menjadi faktor utama yang menghambat pembentukan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola risiko banjir.
Menanggapi hal ini, tidak hanya upaya mitigasi fisik yang diperlukan, tetapi juga perhatian terhadap persepsi risiko banjir di kalangan masyarakat. Persepsi risiko banjir berperan penting dalam menentukan tingkat kesiapsiagaan, respons, dan partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi.