Perempuan menanam benih luka di tanah kering, Â
Menggenggam air mata, menyiramnya dengan sabar, Â
Mencari cinta dalam bayang-bayang yang hilang.
Dengan tangan bergetar, dia memetik duri, Â
Setiap sayatan, sebuah cerita terukir, Â
Di balik senyum, tersembunyi jiwa yang letih, Â
Menghitung luka, seolah itu emas yang berkilau.
Dia berjalan di antara ilusi dan kenyataan,
Menghargai setiap tetes darah yang jatuh,
Menjadi petani di ladang rasa, Â
Memanen luka, menuai duka.
"Oh, dunia," serunya, "apa kau tak lihat?Di balik tawa ada jeritan yang terpendam,