Di tengah kerumunan yang bersemangat untuk meneladani, seringkali kita lupa bahwa meneladani bukanlah sekadar meniru habis-habisan. Alih-alih menjadi teladan yang baik, kita justru terjebak dalam pola perilaku yang tidak autentik. Seolah-olah menjadi
 "the chosen one" itu hanya soal mengenakan jubah dan mengucapkan kata-kata bijak, tanpa menyadari bahwa perjalanan menuju status tersebut melibatkan proses yang jauh lebih kompleks daripada sekadar mengikuti tren.
KEMBALI KE ARTIKEL