Tepat 5 Nov 2017, tujuh tahun lalu di bekas garasi mobil rumah, TBM Lentera Pustaka diresmikan oleh Warek 3 UNJ, Anggota DPR, Dekan FBS UNJ, dan Camat Tamansari. Hanya 14 anak yang bergabung. Saya dibantu 2 wali baca (tanpa relawan) terus bertahan agar tetap eksis, di tengah "gangguan" yang luar biasa. Saya menyebut gangguan (bukan tantangan) karena nyata ada daya rusak eksternal ke TBM. Modal saya, hanya komitmen dan konsistensi berkegiatan di TBM, ditambah relasi kuat dengan teman-teman yang mendukung (bukan teman yang apatis).
Sempat 2 kali saya mau tutup TBM ini, di tahun 2020 dan 2022. Tapi karena di demo anak-anak dan orang tuanya, diselesaikan dengan dialog akhirnya tidak jadi saya tutup. Saya dan TBM Lentera Pustaka terus berkegiatan di "akar rumput". TBM saya urus setiap Sabtu dan Minggu (sekalipun saya tinggal di Jakarta). Alhamdulillah, di TBM Lentera Pustaka ini akhirnya bertemu dengan "orang-orang baik", mereka yang peduli pada taman bacaan.
Selama 7 tahun, bangunan fisik TBM Lentera Pustaka sudah 3 kali berubah. Pertama kali, pakai digital printing saja. Kedua, mulai pakai stiker tempel, dan ketiga sudah seperti ruko berkat CSR Bank Sinarmas. Dari sejak berdiri tahun 2017, tidak ada uang pribadi untuk biaya operasional TBM. Semuanya ditanggung 3 mitra CSR korporasi yang tiap tahun berganti, siapa cepat dia dapat. Kenapa? TBM itu kegiatan sosial, jadi jangan sampai keluarkan uang dari kantong sendiri. Bisa frustrasi, apalagi anak-anak yang baca sedikit. Makin frustrasi ...
Kini setelah 7 tahun berjalan, TBM Lentera Pustaka sudah jadi ladang amal dan jalan hidup saya. Tidak kurang 200 orang tiap minggu dilayani TBM, didukung 6 wali baca dan 12 relawan aktif, beroperasi 6 hari seminggu dan lebih dari 12.000 buku koleksinya. menjalani 15 program literasi, tanpa henti dengan komitmen dan konsistensi sepenuh hati. Biaya operasional ditanggung CSR korporasi Bank Sinarmas, Chubb Life Insurance, dan AAI Perancis.