Sahabat saat terbangun pagi, kenapa masih ada yang berkeluh-kesah? Khawatir hanya urusan dunia, gelisah hanya urusan pekerjaan. Bukankah semuanya sudah diatur oleh-Nya. Kita hanya ikhtiar yang baik dan menyempurnakannya dengan doa. Mungkin, yang kurang tinggi bukanlah pekerjaan atau pangkat. Tapi rasa syukur yang masih terlalu rendah. Atas apa yang masih dimiliki saat ini.
Syukurlah sahabat atas apa yang ada. Pagi hari dan seterusnya, jalani semampunya. Nikmati seadanya, dan syukuri segalanya.
Karena apa yang dimiliki hari ini, bisa jadi sudah pas untuk kita. Sesuai amal ibadah dan anugerah dari-Nya.
Kata syair lagu, syukuri apa yang ada.
Karena anak yang berisik justru jadi impian wanita yang tidak punya anak. Rumah yang kecil adalah impian orang yang tergusur dan terusir. Pekerjaan yang lelah adalah impian para pengangguran. Harta yang sedikit adalah impian mereka yang terlilit utang. Bahkan buku-buku yang terpampang pun jadi impian mereka yang tidak mampu membacanya.
Lagi-lagi bersyukurlah, karena sandal jepit yang masih dipakai pun menjadi dambaan bagi mereka yang hari ini "tidak memiliki kaki". Lalu, apalagi yang mau dikeluhkan?
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat" (QS. Ibrahim 14: Ayat 7). Tidak ada yang tidak adil di dunia ini. Semua sudah dalam skenario-Nya. Tidak perlu gelisah, apalagi khawatir.