Belakangan, ada banyak salah persepsi tentang ikhtiar. Ikhtiar jadi perilaku yang biasa dalam keseharian. Orang sakit pergi berobat ke dokter, itulah ikhtiar. Tapi bila belum sembuh sakitnya, lalu menyebut dokternya jelek atau berkeluh-kesah tentang penyakitnya, itu bukan ikhtiar. Jadi, harus tegas memahami ikhtiar.
Ikhtiar, sejatinya perilaku untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dengan cara yang baik dan dilandasi niat yang baik pula. Maka siapapun, tiap kali ikhtiar selalu diiringi dengan harapan baik. Agar usahanya berhasil dengan baik. Karena ikhtiar juga, siapapun akan terhindar dari rasa ingin menyerah atau putus asa. Jadi, ikhtiar itu niatnya baik, caranya baik, dan harapannya pun baik. Anehnya, banyak orang punya harapan baik tapi cara-cara dan niatnya jelek. Itulah masalahnya, sehingga istilah ikhtiar jadi biasa.
Harus dipahami, ikhtiar itu jalan untuk membuka peluang dalam meraih segala hal yang diinginkan. Misalnya, anak sekolah yang giat belajar karena ingin mendapatkan nilai atau prestasi yang baik. Pegawai yang bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Begitu pula orang yang sakit berobat ke dokter dengan harapan diberi kesembuhan dari Allah SWT. Jangan di balik, ikhtiar kok menyalahkan orang lain, bergibah atau keluh-kesah. Itu sih bukan ikhtiar karena tidak ada unsur baiknya.
Selain motifnya baik, ikhtiar didukung oleh sikap sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Karena orang yang berikhtiar berarti memilih jalan untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Agar berhasil dan mampu menggapai harapannya.