Katanya lagi, WhatsApps (WA) jadi medsos yang paling digemari, mencapai 88,7%. Sangat pantas bila gibah, gosip, hoaks, bahkan fitnah makin digemari. Tanya saja pada tiap orang, berapa banyak ikut grup WA? Banyak positifnya apa negatif? Terus, diikuti Instagram 84,8% dan Facebook 81,3%. Sementara TikTok ada di 63,1% dan Telegram 62,8%. Itu hanya data saja biar tidak hanya jadi pengguna.
Tapi soalnya bukan itu. Soal relasi medsos dan netizen sebagai pengguna aktif medsos. Pertemuan indah antara medsos yang lapar dan netizen yang mampu dikenyangkan oleh medsos. Sebuah konspirasi yang jadi sebab medsos salah pakai dan netizen merasa "boleh apa saja" di medsos. Apalagi netizen negara +62, sudah dikenal galak-galak, agresif dan semau-maunya. Terlalu gampang mencaci-maki tanpa tahu masalahnya. Mudah menghujat atas nama kepedulian. Seperti yang dialami istri Indra Bekti saat menggalang dana untuk biaya perawatan suaminya. Pokoknya asal modal benci, semua bisa dilakukan netizen. Makanya dibilang netizen "maha benar". Biar nggak pernah kasih makan, nggak pernah sekolahin. Netizen memang hobi membuat orang lain atau publik figur "merana".