Happy mother's day, selamat hari Ibu!
Tapi sayang, ucapan itu hanya sebatas di media sosial (medsos). Banyak doa dilantunkan untuk Ibu, lagi-lagi hanya di medsos. Sementara sang Ibu, tidak main medsos, nggak punya akun medsos. Maka Ibu pun berpesan, "Nak, kalo mau doakan ibu sehat dan masuk surga di masjid atau di atas sajadah ya. Karena kamu lahir kan bukan Ibu download".
Medsos sudah seperti segalanya. Karena medsos pula, Ibu kandung seringkali dilupakan. Butuh nasihat cari di medsos, minta saran via medsos. Ibu, sudah tidak lagi diminta nasihat dan sarannya. Kata anak, ibu cukup kasih doa restu saja. Bahkan tidak sedikit, anak-anak yang selalu lambat menjawab WhatsApp (WA) dari Ibu kandungnya. Kasihan Ibu. Sering diceritakan tapi sering pula diabaikan. Ibu kandung yang jarang dikunjungi, kalah dibandingkan "ibu yang ada di medsos".
Anak-anak sering lupa. Ibu kandung pun mendambakan dipeluk oleh anak-anaknya. Dikunjungi dan hanya ditanyakan, Ibu sehat? Atau datang membawa martabak kesukaan Ibu. Karena Ibu tidak suka pizza apalagi suki-suki. Prihatin pada Ibu yang di rumah, bukan ibu yang di dunia maya.
Anak-anak harus tahu. Hati besar ibu memang tidak seluas media sosial. Tapi ibu pun, sama sekali tidak bisa dianalogikan seperti medsos. Karena ibu di rumah sangat aseli, tidak pernah kamuflase. Sementara ibu di medsos sangat kamuflase. Seperti momen di Hari Ibu ini. Betapa banyak anak-anak menjadi hebat berkata-kata bijak tentang ibu. Bertutur indah tentang ibu. Tapi sayang itu semua sebatas di medsos, sebatas di dunia maya.
Inilah renungan untuk anak-anak, untuk kita semua. Sama sekali tidak bisa dibantah. Bahwa "surga itu ada di telapak kaki Ibu". Perempuan yang melahirkan dan mendidik setiap anak, dari bayi hingga dewasa. Perempuan yang rela lapar saat anaknya kenyang, Perempuan yang sudi haus saat anaknya sedang minum. Bahkan Ibu, sangat ikhlas menangis bercucur air mata di bangku rumah saat anaknya tertawa di kafe-kafe.