Santri di zaman modern begini. Ada santri pondok pesantren yang benaran. Ada pula santri google yang hanya bicara agama dari browsingvdi google. Kontennya dipilih untuk menjatuhkan orang lain atau minimal merendahkan orang lain. Santri google itu santri palsu.
Apa bedanya santri pondok dan santri google? Santri pondok, tentu tiap detik dan alunan nafasnya berdimensi ruhaniah. Tanpa perlu digembar-gemborkan. Selalu mau belajar dan  muhasabah diri. Selain intelek, santri pondok tutur katanya santun penuh hormat, dan sangat pandai menghargai orang lain. Adem bila dekat santri pondok. Tiap hari sarungan, kopiahan, lengseran, dan syukuran. Semuanya untuk kebaikan, untuk menggapai ridho Ilahi Rabbi.
Beda sama santri google. Belajar agamanya dari google. Tempat ngaji dan ceramah pun dipilih. Kyai atau ustaz yang cocok sama dirinya. Apalagi musim pilpres nanti, santri google bertebaran di mana-mana. Belajarnya dari google tapi gemar mendominasi kebenaran. Asal dari mulutnya, santri google merasa paling benar. Asal dari orang lain apalagi musuhnya pasti salah. Begitulah prinsip santri google. Kadang cara pandangnya pun picik. Di benak santri google, orang yang suka pakai jeans bolong nggak mungkin jago ngaji. Orang nggak pakai jenggot pasti nggak jadi imam sholat. Orang yang baca Al Fatihah sanad-nya kurang pas bisa diomelin. Orang yang belajar agama jadi serba salah. Yang paling  benar ya si santri google dan teman-temannya.