Tidak diragukan, figur dan pemikirannya kaliber internasional. Otaknya pun luar biasa. Tapi satu hal langka yang tidak dimiliki banyak orang. Buya sangat sangat sederhana. Dan patut jadi teladan dan contoh banyak orang di zaman begini. Apalagi bagi mereka yang gemar berlomba dalam kemewahan. Sombong dalam penampilan, untuk apa?
Buya, sekalipun eks petinggi Muhammadiyah, dia rela antre berobat di RSU Muhammadiyah. Pergi jadi narasumber seminar nasional hanya naik sepeda. Naik KRL ekonomi dari Tebet ke Bogor untuk pertemuan BPIP ke Istana Presiden, sekalipun ada jemputan untuknya. Lagi-lagi, sederhana-nya keterlaluan.
Belajar sederhana dari Buya Syafii Maarif. Itulah pelajaran sepeninggal beliau. Beli sabun cuci ke warung sendiri. Makan sendiri  di angkringan. Naik sepeda ke mana pun dia pergi. Ahh, langkanya teladan Buya di hari ini. Terima kasih Buya atas ilmu kesederhanaannya.
Buya seorang profesor, seorang pemikir jempolan. Tapi dia tetap sederhana. Tidak bergaya dalam hidup sekalipun dia punya. Hidupnya tidak mengejar materi apalagi harta dan kekuasaan. Buya, darimu saya banyak belajar arti hidup dan kesederhanaan.