Maka kemenangan itu pun bukan kebebasan. Euforia lebaran pun lagi sebatas ucapan. Semuanya harus dapat dibuktikan dalam pikiran, sikap, dan perbuatan. Untuk mejjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lebih baik dan lebih baik lagi. Minimal, tetaplah tunaikan sholat wajib tepat waktu, menjaga sholat dhuha, tetap rajin tilawah dan membaca Al Quran, dan berani sedekah tiap kali ada kesempatan.
Idul Fitri, tentu bukan basa-basi. Apalagi hanya jago berbicara, pandai berpikir. Tapi semuanya tanpa aksi tanpa bukti. Karena kebaikan dan kepedulian di manapun. Tidak cukup hanya sekadar kata-kata tanpa tindakan nyata. Idul Fitri memberi pesan, jangan jadikan kebaikan hanya ada di tutur kata atau imajinasi belaka. Tapi kebaikan harus dibuktikan.
Mari refleksi diri. Bahwa Idul Fitri benar-benar menanti bukti. Zaman begini, tidak cukup hanya janji apalagi mimpi. Tiap perkataan harus mampu dibuktikan. Untuk membuktikan apa yang dikatakan. Bukan cuma mengobral janji tanpa ada aksi.
Sebagai contoh, tidak sedikit orang yang mengaku peduli. Tapi sayang peduli-nya hanya di media sosial dan kata-kata. Tanpa aksi sama sekali. Peduli orang miskin, peduli anak yatim, peduli taman bacaan. Tapi sayang, semua itu sebatas narasi dan diskusi. Tanpa bukti tanpa aksi. Maka Idul Fitri, menanti untuk mengubah niat baik jadi aksi yang ciamik.