1. Membuat peraturan yang tidak penting, tapi di penting-pentingkan. Tidak begitu perlu, tapi di perlu-perlukan. Sehingga membuat masyarakat bodoh, tambah puyeng.
Contoh nya: pembuatan akte kelahiran.
Akte kelahiran itu sebenar nya hanyalah lembaran kertas yang tidak begitu penting-penting banget menurut saya. Tapi di paksakan menjadi sangat penting. Karena seorang anak, tidak bisa sekolah atau tidak bisa mengikuti ujian nasional kalau tidak punya lembaran kertas yang bernama akte kelahiran. Ini sebenar nya sangat tidak lucu dan memuakan. Coba kita renungkan: andaikan sebagian besar masyarakat atau bahkan semuanya tidak ada yang mau membuat akte kelahiran, apa yang akan terjadi . . .? apa anak-anak kecil di seluruh Negara tidak ada yang sekolah . . .? gedung-gedung sekolah menjadi kosong mubadzir. . .? guru-guru nganggur, makan gaji buta. . .?
Dan yang lebih jelas kegoblokan nya ialah; mengurus akte kelahiran harus di kota kabupaten, yang menghabiskan biaya ratusan ribu bahkan jutaan. Padahal seorang bayi bronjol kedunia ini, yang tau tanggal,hari,bulan, tahun, jam, detik nya, kan orang tua nya atau bidan nya atau dukun bayi nya. Kenapa akte kelahiran masih di perlukan, dan harus di urus di kantor catatan sipil. . .? apakah kantor kelurahan tidak bisa bikin kertas kaya gitu aja. . .? apa surat keteranagan dari bidan atau dukun bayi atau RT tidak cukup di percaya untuk menjadi syarat sekolah. . .? atau takut pemerintah nya tidak keliatan goblog nya. Bisa-bisa; suatu saat nanti anak sekolah harus punya surat kelakuan baik dari kepolisian, keteranagan sehat jasmani-rohani dari dokter jiwa, atau surat keterangan dari kejaksaan negri kalau dia anak nya orang waras, dan semua syarat-syarat harus di sodorkan pakai keranjang warna kuning emas biar tambah menggemaskan, dan biar tambah hebat kegoblokan nya.
2. Tujuan nya di bentuk yang namanya pemerintahan itu, tujuan ideal nya adalah supaya menjadi penganyom, pembimbing, pelindung, pengatur, penyelaras, sekaligus penghibur masyarakat. Mungkin bisa di umpamakan seperti seorang ayah mengatur anak-anak nya lah barangkali. Seorang ayah yang bijak pasti ingin anak-anak nya tersenyum manis, cerdas, lucu, dan harmonis dalam keluarga. Sehingga ibarat, rumah ku adalah syurga ku. Tapi kalau bapak nya goblog. . ., jelas tidak bisa mengarahkan anak-anak nya menjadi orang ideal atau keluarga harmonis. Begitulah gambaran pemerintahan goblog hanya bisa menciptakan kegaduan politik, membuka peluang kolusi, tidak bisa membuat keselarasan hukum, apa lagi kesejahteraan menyeluruh, jelas jauh dari panggang, alias mentah ladah ladalah.
3. Orang goblok itu, sama dengan munafik. Kalau ngomong, suka bohong. Kalau berjanji, tidak di tepati. Kalau di percaya berkhianat. Begitu pila pemerintahan goblog. . . sama dengan pemerintahan munafik. Saat kampanye; mulut nya duer dueeh, ngomong soal kejujuran, kesejahteraan, keselarasan, keadilan, tapi itu semua hanya bohong-bohongan. Apalagi saat berjanji; nanti kalau saya sudah duduk di kursi empuk, di temani sekertaris cantik ginuk-ginuk, pasti saya akan preeet. . .preet...preet. ngobral janji. Tapi 99% di khianati. Dan begitu di percaya rakyat, Cuma berkhianat, terbukti sebagian besar hasil alam di serahkan kepada orang asing. Dan rakyat cuman di jadikan jongos.
4. Ciri terakhir pemerintahan goblog adalah; sangat suka meniru gaya pemerintahan negara asing. Kalau meniru teknologi nya atau etos kerjanya mungkin bagus-bagus saja. Tapi kalau sudah sampai pada cara pemilu nya, budaya demo nya, budaya premanisme nya, dan budaya kurang memiliki rasa malu nya, ini menurut saya membuktikan kegoblokan diri. Menandakan kalau kita tidak becus berpikir. Seperti air di daun talas tidak punya jati diri alias tidak mandiri. Tapi bangga dengan kata-kata merdeka.
Kesimpulan nya sekarang adalah: kenapa bisa terjadi pemerintahan goblog. . .? ternyata karena memang di dukung dan di ikuti oleh orang-orang goblog pula. Alias sebagian besar penduduk, atau orang-orang yang di pimpin nya adalah orang-orang goblog.
Tetapi saya sangat bersyukur setelah mengadakan ritual khusus dengan membaca ayat kursi seribu kali dalam sehari semalam selama 40 hari-40 malam akhir nya Tuhan mengabulkan permohonan saya, supaya isi kepala saya di ganti dengan tai sapi. Supaya saya tidak terlibat dalam dukung mendukung dan pilih memilih pemimipin goblog yang menciptakan pemerintahan goblog. Karena andaikan kepala saya berisi otak penuh dan menjadi pemimpin goblog seperti itu, lebih baik bersila di puncak Himalaya, minta petunjuk para dewa sepuluh abat lama nya. atau kalau tidak begitu, lebih baik nyungsep aja kedalam tanah, berteman dengan para malaikat biar di kasih tau bagaimana caranya menyeimbangkan antara ucapan dan perbuatan. Daripada ngedangkrang di istana tapi hanya membuat peraturan goblog, yang hanya bikin setan bersorak dan iblis ngakak terbahak. Sementara sebagian besar rakyat melarat, karena di paksa mengikuti peraturan goblog yang memuakan. Dan rakyat hanyalah di nilai sebagai gedibal songong belaka. Kaya orang tidak punya kemaluan saja. . . .