Kamu adalah langitku. Langit yang selalu meneduhkanku, menemaniku kapanpun dan dimanapun aku berada. Langit biru yang selalu bisa menenangkan hatiku. Begitu seterusnya kamu jika cahaya selalu menerangi, akan selalu dapat kunikmati indahmu.
.
Namun hari tak selamanya siang. Aku terlalu nyaman hingga aku lupa jika malampun akan datang. Senjalah yang menjadi penanda.
Katakan saja akulah mentari itu, yang jatuh cinta padamu hai langit. Seperti titah Tuhan, ada mentari, ada pula sang rembulan. Aku melupakan kehadirannya yang meminta senja menjemputku. Ya, aku harus menenggelamkan diri agar sang rembulan dapat memikat sang langit, menunjukkan cahaya indahnya, rupa cantiknya, yang hadirnya selalu diiringi kelip bintang-bintang angkasa.
.
Seperti itulah aku dan kamu, aku yang terlena dan terlalu nyaman akan hadirmu yang sekian lama menemaniku. Aku memang tak lagi peduli pada apa-apa yang menggodaku. Tapi aku terlalu dangkal untuk mengerti, bahwa banyak pula yang menggodamu, menginginkan hadirmu. Dan kau peduli pada itu. Saat itulah kamu memilih pergi, seperti langit yang memilih rembulan daripada sang mentari.
Yaelah cerpen lagi dah...Cocok jadi penulis memang lu...haha...(ngayal)....Nothing impossible!!! keep moving!
.
🍃at:Dermaga Canti,South Lampung