Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Islam, Antara Ritus dan Aksi Sosial

9 Mei 2020   20:03 Diperbarui: 9 Mei 2020   20:17 162 1
Islam bukan semata memperbincangkan soal idealitas yang menurut sebagian kelompok tidak berdasarkan realitas. Islam dibangun di atas fondasi kesejarahan dan konstruksi serta dialektika sosial yang rumit. Islam datang guna membongkar bobroknya sistem sosial yang dipraktekan masyarakat Arab kala itu. Saya kira perjuangan dan spirit dasar Islam tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman.

Islam tidak lahir dalam kondisi dan ruang hampa, dengan demikian Islam merupakan ajaran yang mengenal betul arti ketertindasan manusia. Sehingga kehadirannya menawarkan suatu produk kebudayaan baru yang tidak pincang hanya pada ritual ibadah semata, tetapi membawa misi pembebasan dan perlindungan bagi mereka yang lemah.

Kecelakaan besar bagi kita yang mengaku Islam, tetapi tidak begitu dalam memahami esensi keislamannya. Islam tidak hanya membicarakan tentang ritual-ritual ibadah sholat, zakat, puasa, dan haji semata. Tetapi, lebih dalam lagi berbicara tentang kulaitas pergaulan manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Terbukti setiap perintah ritual ibadah dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, mesti diikuti dengan penekanan tentang amal-amal sosial sebagai ukuran keabsahannya. Misalnya, QS. Al-Ankabut : 45, perintah sholat diikuti dengan penekanan untuk meninggalkan atau menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar; QS. Al-Ma'un 4-6, menekankan bahwa sholat dapat terukur dari kualitas kerja sosialnya.

Begitu banyak kasus yang diceritakan di dalam hadis, begitu tidak bergunanya ritual-ritual ibadah manusia, jika tidak dibarengi dengan amalan-amalan sosial yang bermartabat. Misalnya, hadis tentang orang yang bangkrut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya,

"Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?"

Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya dirham (uang perak) dan tidak punya harta."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah mencerca ini (seseorang), menuduh orang (berzina), memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang. (Orang) ini diberi (amal) kebaikannya dan yang ini diberi dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) tanggungannya, dosa-dosa mereka (yang dizalimi) diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim).

Demikian juga dengan seorang wanita yang ahli ibadah namun masuk neraka.

Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, ia berkata: Dikatakan pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka." Mereka (para sahabat) berkata (lagi): "Fulanah (lainnya hanya) mengerjakan shalat wajib, dan bersedekah dengan beberapa potong keju, tapi tidak (pernah) menyakiti seorang pun." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Dia adalah penghuni surga." (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Beirut: Darul Basya'ir al-Islamiyyah, 1989, h. 54-55).

Kepekaan kita dalam bersosial dan bermasyarakat sangat diperhatikan oleh Islam. Bahkan dalam sebuah hadis dikatakan bahwa, Nabi Muhammad SAW bersabda:

 "Tidak akan masuk ke dalam surga, seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-kejahatannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Perhatian Islam terhadap mereka yang terdzalimi, tertindas, dan lemah sangat luar biasa. Bahkan, Allah sendiri mengatakan bahwa mendatangi dan memberikan makan orang lemah; sakit, miskin, lapar, dan haus sama dengan mendatangi Allah itu sendiri. Sebagaimana hadis Qudsi dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam, Allah Ta'ala berfirman di hari Kiamat:

Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati Aku di sisinya.

Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.

Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim].

Islam sangat menekankan pentingnya hidup bersosial dengan baik dalam upaya mengejawantahkan ritus agama yang transenden dan bermuatan profetik serta filosofis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun