Mereka memiliki kecenderungan untuk menilai sesuatu tanpa pertimbangan logika dan akal sehat, bahkan tidak objektif. Mereka terkadang saling mengumpat, mencela, dan menghina satu sama lain dalam memperbincangkan sesuatu. Bagi mereka cinta dan benci tidak harus memiliki alasan, apalagi berlandaskan pada logika dan argumentasi yang tajam. Cinta ya cinta saja, begitupun benci ya benci saja.
Seberapa besar pun manfaatnya hidup kita, bagi pembenci akan tetap tidak berguna untuk merubah persepsi mereka tentang kita. Perbuatan baik dianggap pencitraan dan nasihat-nasihat baik dianggap sok suci. Demikian dengan para pecinta, mereka tidak akan pernah surut untuk mencintai kita walau sebesar apapun fitnah dan umpatan yang kita dapat. Keduanya adalah aliran keras dalam mendudukkan dan memperlakukan objek.
Keadaan dua kutub berseberang secara ekstrim ini sangat relevan dengan perkataan sayyidina Ali (Karamallahu Wajhah), "jangan pernah menjelaskan dirimu pada orang lain. Karena orang yang mencintaimu tidak butuh itu, dan orang yang membencimu tidak akan percaya itu".
Nasihat Ali ini, perlu diperhatikan secara cermat oleh kita semua, bahwa tidak semua orang memiliki penilain yang sama terhadap keadaan kita. Setiap orang pasti memiliki pandangan dan penilaian yang berbeda terhadap kita sesuai pengalaman dan pengetahuan mereka tentang kita.Â