Gerakan nasional ini didasarkan pada hasil temuan Honohan pada 2007 yang menyebutkan bahwa 58% penduduk Indonesia dewasa belum memiliki tabungan dan masih terdapat 80 juta jiwa yang berpotensi untuk membuka tabungan.
Mengapa produk ini menjadi penting hingga harus melibatkan hampir seluruh industri perbankan di tanah air? Jika kita melihat komposisi dana pihak ketiga menunjukkan bahwa tabungan memberikan kontribusi terbesar yaitu 46.77% (per November 2009) dari seluruh DPK dalam mata uang rupiah sehingga dengan adanya produk TabunganKu ini diharapkan masyarakat akan lebih memanfaatkan jasa perbankan nasional dan mengelola dananya dalam bentuk tabungan.
Kondisi yang berbeda justru ditunjukkan oleh neraca perbankan syariah, dimana produk tabungan hanya memiliki porsi 31.48% dari seluruh dana pihak ketiga. Ini mengakibatkan perbankan syariah sangat bergantung pada dana mahal untuk mendukung kegiatan usahanya dan diharapkan dengan adanya TabunganKu iB dapat mendongkrak porsi tabungan yang ada menjadi lebih maksimal.
Pertanyaanya adalah apakah produk TabunganKu iB dapat berjalan bergandengan dengan produk tabungan lain yang telah ada? Ada hal yang perlu kita fahami bersama, bahwa setiap penciptaan produk atau aktivitas baru tidak selalu bermakna bahwa produk baru yang dibuat itu lebih unggul dibandingkan dengan produk yang lain, tapi sebagai jembatan kebutuhan konsumen sehingga bank dapat menghimpun dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
Seperti "bidak kuda" dalam permainan catur, TabunganKu iB dibuat untuk melompati batasan yang dimiliki masyarakat golongan menengah ke bawah yang mencecah mereka untuk menabung di bank. Hambatan itu adalah besaran setoran awal untuk membuka tabungan dan biaya administrasi yang akan memotong tabungan mereka.
Selayaknya bidak kuda, TabunganKu iB tidak dapat melakukan checkmate jika tidak didukung dengan adanya bidak lain, yang berarti TabunganKu butuh dukungan produk lain untuk mencapai target yang diinginkan. Dan konsekuensi lompatan tadi selain dapat membuka jalan, juga dapat menjadi pedang bermata dua yang dapat membunuh bidak tersebut dan bidak-bidak lainnya.
Jika dilihat secara sepintas memang terkesan bahwa keberadaan TabunganKu iB akan memberikan dampak buruk pada tabungan yang lain dikarenakan memiliki harga yang lebih rendah serta promosi yang dilakukan secara besar-besaran oleh BI dan bank peserta. Namun jika dilihat secara lebih mendalam, justru dengan adanya TabunganKu iB maka produk tabungan yang telah ada akan memiliki segmentasi yang lebih baik.
Bagaimana agar produk TabunganKu dan produk tabungan yang lain dapat berjalan beriringan? Pertama yang perlu kita sadari adalah bahwa tabungan bukan termasuk barang yang elastis sehingga dengan perubahan pada harga tidak berdampak besar pada jumlah tabungan. Nasabah yang telah memiliki jenis tabungan tertentu dengan munculnya TabunganKu iB tidak akan serta merta langsung memindahkan dananya pada produk TabunganKu iB.
Kedua, adanya aspek manusia ingin dihargai secara status sosial. TabunganKu iB memiliki sasaran konsumen kalangan menengah ke bawah yang belum memiliki tabungan dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk membayarkan setoran awal dan kemudian mengakomodir biaya administrasi bulanan yang terus akan memotong saldo tabungan. Berbeda dengan kalangan yang secara ekonomi mampu untuk membuka tabungan, tentunya mereka tidak ingin disamakan dengan dengan pasar tabunganKu iB terkait dengan image yang melekat dengan tabunganKu iB.
Ketiga, fitur TabunganKu iB tentunya tidak sama persis dengan produk tabungan yang telah ada, sehingga masing-masing memiliki kelebihan dan segmen pasar tersendiri.
Walhasil, TabunganKu iB dan produk tabungan yang lain dapat berjalan saling melengkapi dalam rangka mendongkrak komposisi dana-dana murah bank syariah. Cerita sukses Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam menjaring nasabah kalangan menengah ke bawah kiranya bisa kita jadikan sebagai pelajaran dan penyemangat dalam memasarkan produk ini.