[caption id="attachment_177988" align="aligncenter" width="300" caption="(Ezra Shaw/Getty Images)"][/caption] Dalam ajang Piala Dunia FIFA tahun ini Fabio Cannavaro dkk harus pulang dengan menanggung malu. Bukan hanya tersingkir dari Afrika Selatan sejak babak penyisihan, namun tentu saja, kembali ke Italia dengan setumpuk kecaman. Publik Italia tidak bisa menerima kenyataan kalau timnya ternyata pantas untuk tersingkir. Dari tiga laga yang dimainkan Italia di Piala Dunia 2010 ini, penampilan Italia jauh dari mengesankan. Selalu kebobolan lebih dulu dan tidak mampu unggul dari lawan-lawan yang dihadapinya. Serangan-serangan yang dilancarkan Italia sedikit sekali berbuah gol. Saat pertandingan perdana melawan Paraguay, gawang Italia bobol lebih dulu oleh Antolin Alcaraz pada menit ke 39 dan baru bisa dibalas Daniele de Rossie pada menit 63. Saat melawan Selandia Baru, gol cepat Shane Smeltz pada menit ke-7, baru bisa disamakan melalui tendangan pinalti Vincenzo Iaquinta pada menit ke-29. Klimaksnya terjadi saat tampil melawan Slovakia. Dengan dibebani kewajiban memenangkan pertandingan, atau setidaknya bermain seri, Antonio di Natale Italia baru bisa mencetak gol pada menit 81 setelah kebobolan dua gol terlebih dulu melalui gol Robert Vittek pada menit 25 dan 79. Setelah itu, Italia justru kebobolan lagi pada menit 89 melalui gol Kamil Kopunek. Harapan yang masih ada ketika Fabio Quagliarella berhasil membuat gol indah pada saat injury time memasuki menit kedua. Namun keadaan sudah tidak bisa dikendalikan, terlebih Slovakia berusaha membuang waktu dan membuat frustasi pemain-pemain Italia.
Memang Pantas Tersingkir! Italia memang berangkat ke Afrika Selatan dalam keadaan yang kurang ideal. Problem yang paling banyak disorot dari tim yang dilatih Marcello Lippi ini adalah masalah regenerasi. Sebagian pemain inti Italia berusia lebih dari 30 tahun. Sebut saja Fabio Canavaro, Andrea Pirlo, Gianluca Zambrota, Genaro Gattuso, semuanya telah berusia diatas 30 tahun. Sebelum berangkat ke Afrika Selatan media massa dalam dan luar negeri Italia menilai masalah tim azzuri adalah faktor usia yang sudah tidak muda lagi. Faktanya memang demikian. Skuad Italia masih sedikit lebih muda dari skuad Brasil yang punya rata-rata usia pemain paling tua di gelaran Piala Dunia 2010. Pelatih Marcello Lippi keberatan dengan tudingan tersebut. Dia meminta agar publik tidak lagi mengatakan pemain Italia itu tua-tua. "Kami bukan yang tertua, ada tim-tim yang lebih tua dari kami," kilah Lippi di Reuters. Lippi mengatakan, "Sembilan pemain dari Piala Dunia 2006 tidaklah mencapai 50 persen dari tim. Saya tak melihat ada sebuah tim di Piala Dunia yang tampil dengan 23 pemain berbeda di gelaran selanjutnya." "Kami punya kombinasi tepat antara pemain muda dan pemain berkualitas," lugas Lippi. Namun ucapan Lippi sulit sekali untuk diyakini. Terlebih dalam laga pemanasan pada pertandingan persahabatan, Italia harus tunduk dengan skor 1-2 dari Meksiko. Artinya, kombinasi yang tepat sebagaimana dijanjikan Lippi tidak menemukan rujukan faktualnya. Kendala regenerasi sebenarnya bisa dilacak dari kompetisi lokal seri A. Hampir semua tim Italia mengalami masalah mengenai regenerasi. Tim-tim yang berlaga di Seri A sedikit sekali yang bisa mengimbangi tim-tim daratan Eropa lainnya yang giat melakukan penyegaran dan merekrut pemain-pemain muda berbakat dalam timnya. Memang, pada ajang Champion 2010 ini, tim yang berlaga di seri A, Inter-Milan meraih prestasi yang mengesankan. Selain meraih tropi juara liga champion, Intermilan juga mendapatkan Scuddeto dan Piala Copa. Namun, jika diperiksa lebih dalam, kemenangan Intermilan menyisakan catatan penting bagi sepakbola Italia ketika hampir tidak ada pemain asal Italia yang menjadi starting line-up dalam laga-laga penting. Tidak hanya itu, Intermilan dengan asuhan Jose Mourinho dituding menerapkan "negative football" yang hanya mempedulikan kemenangan namun justru merusak keindahan dalam sepakbola. Jadi, ya gimana lagi, Italia memang mengecewakan dan pantas tersingkir!
KEMBALI KE ARTIKEL