Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ketika Cinta Itu Tak Bernafas Lagi

3 Juni 2011   11:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 200 0

Perempuan Cina Itu Membuatku Bahagia Sekaligus Terluka (V)

Cinta telah menunjukkan padaku betapa berharganya hari dan waktu. Satu hari ketidakhadirannya telah membuatku mengerti akan rasa sebuah kerinduan, beberapa hari ketiadaannya telah menghadirkan bayangannya memenuhi sudut-sudut pikiranku. Sebagaimana cinta melepaskanku dari kekangan kesepian dan kesunyian, demikian pula ia telah membuat kesepian dan kesunyian itu sebagai sosok-sosok gelap yang tambah mengerikan bagiku. Hanya keberadaan dia yang terasa memberikan arti.

Meskipun sampai dengan dua kali pertemuan kami dalam waktu-waktu berikutnya, masih terasa desah-desah nafas cinta mengalir dari dadaku, masih kupandang cinta dan kasih sayang bermain di sisi tempat dudukku yang diteduhi naungan sayap-sayapnya, dan masih dituntunnya aku dalam perjalanan yang mengikuti langkah-langkahnya.

Namun ternyata langkah-langkah itu tidaklah berjalan panjang. Tidak begitu luas bentangan yang telah ditapakinya. Karena dalam saat-saat selanjutnya, telah ditelantarkannya aku dalam sepinya penantian.

Merintih batinku saat itu. Rintihan kerinduan yang seolah tiada akhir. Ditambah lagi setumpuk rasa yang menerima lecutan kenyataan akan menjauhnya dia dari diriku, mungkin tak ada kerelaan yang kumiliki, karena masih ada kepedihan yang menyertainya.

Tak akan pernah kumengerti, bagaimana sesungguhnya hatinya terhadapku. Dan apa sebenarnya yang telah kuperoleh dan yang akan kudapatkan. Karena semuanya serasa berakhir tanpa awal, seolah aku menggapai di awang-awang yang kosong tanpa wujud. Walaupun hatiku pernah menangkap sesuatu yang keberadaannya seakan nyata, namun aku tak menemukannya dalam penyaksian.

Andaikan itu sebuah mimpi, ingin aku untuk tidur lagi guna merengkuhnya kegenggamanku. Namun semua itu bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang tak pernah sanggup aku meraihnya.

Memang aku merasa telah memenangkan perebutan kasih sayangnya dengan memperoleh kalungan kedua tangannya bagaikan medali menggayuti leherku. Serasa kudapat sebuah piala saat kugenggam kerampingannya. Namun, mungkin aku terlalu mabuk dengan kemenangan, bukannya dengan anggur dari pialanya. Sehingga telah membuatku terlena untuk menyadari kekosongan piala itu.

Karena ketika kunyatakan cinta, seakan telah kudapatkan tubuh. Namun yang kucari dan kubutuhkan adalah hati. Sebab tubuh tanpa hati hanyalah tanah liat yang tak bernilai. Hanya hati dan ketulusannyalah yang sanggup memuaskan dahagaku.

Tetapi aku tidak tahu apakah itu memang ada kuperoleh atau tidak. Yang kutahu hanyalah semenjak saat-saat paling berarti sepanjang yang kurasakan, dia telah pergi dan tak pernah menemui aku lagi. (bersambung)

Audio of Ketika Cinta Itu Tak Bernafas Lagi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun