Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Pengeroyokan Malinda Dee dalam Penegakan Hukum Negeri Ini

8 April 2011   12:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:00 157 3

Masih tampak nyata dimataku gurat-gurat rangkaian kata berupa judul sebuah berita di satu ketika. Sekumpulan pengacarateriak bersama, klien kami hanya merugikan nasabah, kenapa bank yang melaporkannya. Ada sebuah nyawa telah melayang disana, ada 17 milyar yang meskipun cuma sebuah angka. Namun masih ada juga kilah penerima upah yang bernama pengacara, bukan bank yang dirugikannya.

Sebuah kebingungan berputar-putar di kepalaku mencari logika. Untuk apa semua itu jadi suara. Andaikan sebuah bank itu adalah tempat kos yang kukelola. Dengan beberapa penghuni di dalamnya. Lantas disuatu hari ada seorang maling menyatroninya, mengambil harta penghuni kos yang bukan kupunya. Ketika kulaporkan ke polisi, si maling berkata, ‘kami hanya mengambil milik penghuni kos, kenapa pengelola kos yang mengadukan kami, padahal kami tak merugikannya’.

Sebuah pemikiran sederhana sekalipun dari orang biasa, pasti akan sependapat dalam anggapan kalau pernyataan si maling itu kurang mengena. Selaku pengelola tempat kos yang menampung banyak orang, tentu aku bertanggung jawab penuh terhadap keberadaan mereka, keamanan mereka, dan melakukan sesuatu yang harus dilakukan jika satu masalah terjadi terhadap mereka. Jika ada pengacara yang membelanya dengan alasanseperti itu, secara serempak dapat dikatakan : alangkah bodohnya!

Padahal sesungguhnya beberapa pengacara yang membela Malinda bukanlah sekelompok orang-orang bodoh yang tak kenal logika, melainkan orang-orang pintar yang tengah mencoba membodohi kita-kita. Yang tak pernah diketahui alasan mereka melakukan itu selain karena mereka menjadikan uang tempat menghamba.

Belum berhenti kebingunganku dalam embara, kembali dihentakkan kesadaranku akan sebuah cerita yang tak pernah sanggup menggapai pusat perhatian kita. Deli Suhandi, seorang siswa jadi tersangka karena dituduh mencuri voucher senilai 10 ribu pulsa. ‘Ketiga siswa SMP itu diperiksa oleh penyidik tanpa didampingi penasihat hukum dan orangtua.’ Demikian sebait kalimat rilisan Kompas.com yang membuatku terpana. Sementara di sudut lain ada lima pengacara berebut tempat bela Malinda. Kerja keroyokan untuk satu maksud yang sama.

Jika engkau suarakan ‘kenapa’ buat bertanya, sudah pasti ‘mau 100 pengacara ditunjuk itu hak dia’ lah jawaban mereka. Namun kuyakin sebuah angka 17 milyar-lah pemotivasinya. Bagaimana menurut anda?

Gambarnya dari SINI

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun