Adiknya, KH Sa’doellah Nawawie, juga gemar membaca sejak kecil. Bedanya, Kiai Sa’doellah gemar membaca buku dan media massa. Yang dibaca, kebanyakan dengan topik kenegaraan dan perjuangan. Dari senangnya membaca, beliau meninggalkan banyak media massa dan buku yang bervariasi.
Ketika Kiai Cholil menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) dan Kiai Sa’doellah menjadi Ketua Umum PPS, Sidogiri mengalami kemajuan pesat, sehingga jumlah santri melonjak. Di pengajian kitabnya, Kiai Cholil mengajar pada pagi, siang, dan malam. Selain mengajarkan “kitab wajib” seperti Ihyâ’ Ulûmid-Dîn, Shahîh Bukhârî, dan Jalâlain, dalam sehari beliau juga mengajarkan banyak kitab lain.
Sedang Kiai Sa’doellah, karena banyak membaca buku dan media massa, wawasannya luas dan memiliki banyak gagasan cemerlang. Beliaulah yang mengatur pengorganisasian dan administrasi PPS. Juga menggagas pengiriman guru tugas PPS ke berbagai daerah, dan pendirian koperasi PPS. Beliau pernah menjadi komandan Laskar Hizbullah Divisi Timur saat perang membela kemerdekaan RI. Juga pernah menjadi anggota DPR dari Partai NU.
Beruntunglah PPS memiliki dua kiai yang gemar membaca tersebut, sehingga dapat berkembang maju seperti sekarang. []
Sumber: www.syamsu-l.blogspot.com