Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby

Bayangan Gelap di Balik Sinar Terang Media Sosial

14 Oktober 2024   10:46 Diperbarui: 14 Oktober 2024   10:52 15 0
Kesuksesan terbesar media sosial adalah menciptakan ilusi di kepala kita, seolah olah selayaknya pintu kemana saja, padahal tak lebih dari sekedar tali lusuh yang mengikat kita di satu pohon.
Sebentar, sebelum kita lebih jauh pasti sebagian besar dari kita masih belum mengetahui mana sebenarnya yang lebih tepat, antara media sosial atau sosial media?

Mari kita cari tahu jawaban dari pertanyaan yang tidak terlalu penting ini

Mengukip sebuah artikel dari Kompas.com

...Seperti yang mungkin telah kamu ketahui, bahwa frasa dalam bahasa Inggris menganut pola atau struktur M-D (Menerangkan--Diterangkan).

Hal ini berarti jika ada kata sifat dan kata benda yang berurutan dalam satu kalimat, maka kata benda yang diterangkan didahulukan, barulah kata sifat yang menerangkan.

Sedangkan frasa dalam bahasa Indonesia secara umum menggunakan kaidah atau pola D-M (Diterangkan--Menerangkan).

Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia jika ada kata sifat dan kata benda yang berurutan dalam satu frasa, maka kata sifatlah yang didahulukan baru kemudian kata benda.

Sebagai contoh frasa "blue sky" yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti "langit biru" bukannya biru langit, atau "white flag" yang diartikan sebagai "bendera putih" dan bukannya putih bendera.

Sesuai dengan penjelasan mengenai struktur bahasa di atas, maka kata serapan yang tepat untuk istilah social media dalam bahasa Indonesia adalah media sosial, bukannya sosial media.

Dalam hal ini, kata "sosial" menerangkan kata "media", sehingga media sosial berarti media yang digunakan untuk melakukan sebuah komunikasi atau kegiatan sosial.

Oleh karena itu, jika ingin menggunakan singkatan, maka kata yang benar adalah medsos, bukannya sosmed.

kira kira seperti itu, benar salahnya silahkan putuskan sendiri, disarankan cari sebanyak banyaknya referensi lain.

Baik, sekarang saatnya back to topic


Dewasa ini, media sosial sudah seperti barang yang murah serta lumrah, dan mudah sekali ditemukan penggunanya.
Bukan hal yang mencengangkan lagi memang, mengingat bahwa media sosial sendiri adalah salah satu produk dari kemajuan zaman.

Betapa banyaknya kebaikan kebaikan atau manfaat manfaat yang sudah tercipta dari adanya media sosial ini,
diantaranya pertemanan menjadi semakin luas, informasi yang semakin mudah didapatkan, dan tidak sedikit juga ada yang menggunakan media sosial ini sebagai sebuah tempat bekerja, atau nama profesinya lebih dikenal dengan content creator.

Namun sama seperti kebanyakan sesuatu, di balik betapa terangnya sinar yang dipancarkan oleh media sosial, tetap saja harus menyisakan bayangan gelap yang sangat menakutkan disebagian sisinya. Media sosial pun tak luput dari dampak negatif.

Setidaknya di kesempatan uraian ini, saya akan membagikan satu hal negatif yang menyelimuti gemerlapnya media sosial.
Untuk mencegah kebingungan, saya coba lebih kerucutkan yang dimaksud dengan media sosial disini adalah Instagram, Tiktok, dan Youtube.

JAHATNYA CARA ALGORITMA BEKERJA

Sebetulnya saya yakin tidak akan ada satu orang pun yang mengerti bagaimana persisnya cara algoritma bekerja, mungkin kecuali orang orang yang memang berada di balik itu. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi kita sebagai pengguna, untuk mengamati dan mencoba menerkanya.

Saya sendiri melakukan ini kurang lebih selama satu tahun kebelakang, walaupun memang bertujuan untuk melihat dari sisi creator, tapi tentu saja ada hal lain, yang bisa dibagikan untuk dilihat dari sisi penggunanya.

Hasil pengamatan dan riset saya (yang tentu saja ala kadarnya dan sangat sederhana) menemukan bahwa memang, bagaimana cara algoritma bekerja, itu selalu berubah ubah.

Contohnya dewasa ini, saya pikir sebuah konten yang dikatakan viral atau tranding  itu sebetulnya tidak benar benar viral atau tranding. Maksudnya bagaimana?

Contoh kasusnya, katakanlah ada sebuah video yang sangat viral tentang sepakbola, tapi betapapun viralnya itu,  video tersebut belum tentu akan disebarkan kepada seluruh pengguna media sosial. Video tersebut hanya akan muncul pada orang orang yang memang sering menonton konten konten sepakbola saja. Jika kamu lebih suka menonton konten konten memasak, maka jangan harap akan ada video sepakbola muncul di media sosial mu. Tidak menutup kemungkinan akan ada, hanya saja porsinya akan sangat sedikit.

Jadi saya pikir, media sosial sudah seperti menciptakan bubble bubble tersendiri untuk penggunanya. Konten yang tersaji hanyalah konten konten yang memang terbukti disukai dan diminati oleh pengguna tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun