Di sebuah sudut ruang tamu yang tenang, terdapat sebuah cermin besar yang memantulkan setiap kenangan yang telah berlalu. Di sana, berkas-berkas cahaya matahari pagi menari di atas bingkai kayu tua yang telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata. Mereka duduk berdampingan, tangan mereka masih saling menggenggam, seperti berlian yang tak terpisahkan oleh waktu, kilapnya tak pernah redup meski telah melewati enam dekade.
KEMBALI KE ARTIKEL