Penurunan tingkat kelahiran dan pertumbuhan ekonomi inklusif memiliki hubungan yang kompleks dan bisa saling memengaruhi. Di bawah ini beberapa cara di mana kedua hal ini dapat berkaitan:
- Akses Pendidikan: Ketika masyarakat memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan, terutama bagi perempuan, tingkat kelahiran cenderung menurun. Pendidikan yang lebih tinggi sering kali memungkinkan individu untuk mengakses informasi tentang perencanaan keluarga dan menyediakan kesempatan kerja yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat mengurangi motivasi untuk memiliki banyak anak. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat memberikan dukungan finansial bagi individu untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
- Akses Kesehatan Reproduksi: Ketika kesehatan reproduksi ditingkatkan dan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi meningkat, seperti akses terhadap kontrasepsi yang terjangkau dan layanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas, tingkat kelahiran cenderung menurun. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat membantu meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan ini.
- Kondisi Ekonomi Keluarga: Dalam masyarakat di mana kondisi ekonomi keluarga buruk, orang mungkin cenderung memiliki lebih banyak anak sebagai bentuk jaminan sosial dan bantuan di masa tua. Namun, ketika pertumbuhan ekonomi inklusif terjadi dan masyarakat merasakan peningkatan kesejahteraan, orang mungkin cenderung memiliki jumlah anak yang lebih sedikit, karena mereka merasa lebih yakin dengan keamanan finansial mereka di masa depan.
- Kebijakan Publik: Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif sering kali juga memiliki dampak positif pada pengendalian kelahiran. Misalnya, kebijakan yang memperluas akses ke pekerjaan yang layak, meningkatkan akses terhadap perumahan yang terjangkau, dan menyediakan dukungan bagi keluarga dengan anak-anak dapat membantu mengurangi tekanan ekonomi yang mendorong keluarga untuk memiliki banyak anak.