Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Dialog

4 Maret 2013   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:20 109 0
Dewasa ini, menumbuhkan dan mengamalkan sikap saling memahami dan saling mengerti antara pemeluk agama yang ada, merupakan suatu keniscayaan yang mesti direalisasikan. Umat manusia kini telah memasuki era globalisasi, di mana sekat-sekat dan dikotomi budaya, suku dan ras serta agama, bukan lagi menjadi semacam penghalang untuk melakukan interaksi dan kerja sama antara sesama manusia. Globalisasi yang ditandai dengan derasnya arus modernisasi, hendak menghapus dikotomisasi dan stereotyping negative yang ada di kalangan masyarakat. Sehingga, perbedaan yang ada, tidak menjadi persoalan serius ketika berinteraksi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, terkadang sikap saling memahami dan saling mengerti terhadap sesama sulit untuk direalisasikan, bagi mereka yang memiliki sejarah kelam di masa lalu dan senantiasa memelihara memori kelam tersebut. Misalnya, antara umat Islam dengan Kristen, yang senantiasa dihadapkan pada persoalan perang salib atau perang lain yang melibatkan antara kedua penganut agama tersebut. Perang fisik memang telah berakhir. Namun, bagi sebagian orang, dampak emosional psikologis dari perang tersebut masih sulit untuk dihilangkan dari benak sebagian orang. Akhirnya, prasangka negative dan curiga terhadap orang lain yang tidak seagama, bahkan yang tidak sealiran, selalu muncul dalam interaksi sehari-hari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun