Pagi itu kau berpamitan. Sampai di sini saja, katamu. "Tapi...." Suaraku tak selesai. Seperti kepulan asap knalpot motor --yang kaubilang berisik-- yang tiba-tiba pudar. Lalu hening. Kau pergi dengan permisi yang tak mampu kuhalangi. Kau selalu mengalahkanku dalam banyak hal. Cuma cintaku yang bisa melebihi cintamu. Hanya itu. Sisanya, aku pecundang yang kerap berlutut di kakimu. Menjadi manusia paling lemah yang nyaris gagal untuk memaksamu tinggal. "Jangan...." Suaraku parau. Kau tak hirau. Kemudian sepi.
Pagi ini aku tidak di sini, dan kau.
KEMBALI KE ARTIKEL