Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Perspektif

15 Mei 2020   05:47 Diperbarui: 31 Mei 2020   00:33 728 0
"Loh, iki buncis kok ora mateng," Ga nyadar saya nyeletuk seperti itu di tengah kerumunan ramainya warteg.
"Wah, iki piye to buncise, iki seng masak iso masak ora to."

Secara ga sadar ternyata kita sering kali mencacat sesuatu loh, kalo versi saya,
"Kenapa buncis yang saya makan ga enak rasanya?"

Kalo ada sesuatu yang ga cocok dengan apa yang kita mau, ya berarti cacat.
Kalo ada orang yang ga sepemikiran dengan kita, ya berarti salah orangnya.

Kadang kita belum bisa menerima perbedaan dengan keadaan sekitar kita.

"Duh, kok ujianku gagal yo, padahal aku wes sinau tenanan," Belum sadar kalo apa-apa yang kita mau dan inginkan belum tentu bisa seperti yang kita harapkan.

Kalau saja ada 10 orang dalam satu lingkaran, masing-masing menggambar satu bunga, pasti bentuk bunga yang di gambar tentu akan berbeda-beda, objeknya ya tetap bunga, meskipun setelah di lihat lagi ada beberapa yang bentuknya tak karuan.

Masing-masing sang penggambar bunga yakin kalau yang di gambarnya adalah bunga, meskipun yang melihat tak setuju sepenuhnya.

Untuk satu objek saja, manusia punya berbagai macam cara pandang untuk menyimpulkan objek tersebut.

Selanjutnya,

Kalau ada 10 orang dengan kamera berbeda di suruh memotret bunga yang ada di taman, hasilnya tentu akan berbeda juga kan, ada yang blur, ada juga yang sangat jelas terlihat bentuk bunganya. Tapi ya tetap sama, objeknya bunga.

Sedang untuk menilai kejelasan dan kebenaran sesuatu, tiap orang dengan alatnya punya nilai tersendiri untuk itu, ada yang menilai masih buram dan belum benar, ada juga yang menilai benar dan setuju.

Capaian ilmu pengetahuan tiap individulah yg akan bisa menilai jelas atau tidaknya sesuatu.

Alat yang di pakai untuk untuk menilai sesuatu tersebuat ialah ilmu pengetahuan dan wawasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun