Ruang guru siang itu terasa pengap, meski kipas angin berputar kencang di sudut ruangan. Bu Hera duduk termenung di mejanya, membaca ulang surat penugasan dari kepala sekolah dengan perasaan campur aduk. Tahun ajaran baru ini, ia ditunjuk menjadi wali kelas XI TKR (Teknik Kendaraan Ringan), kelas yang terkenal dengan sebutan "markas para montir" karena seluruh siswanya adalah laki-laki. Dua puluh lima siswa yang energinya seolah tak pernah habis.
KEMBALI KE ARTIKEL