Perlukah itu semua dilakukan? Yang jelas semua itu bagian dari silaturrahmi. Asalkan terpenuhi kaidah-kaidah kebaikan didalamnya, InshaAllah bernilai ibadah.
"Kalau halal bihalal biasanya anak Saya dikasih amplop, Pak."
Kalau dikasih, ambil. Meminta? Jangan, karena itu akan mendidiknya jadi pengemis.
Ketika mengunjungi keluarga, kerabat, teman, jangan suruh anak-anak kita minta-minta "jatah THR."
Anak-anak kita begitu polos, mereka pasti akan mengikuti perintah kita. Awalnya mungkin ia merasa nggak enak, sungkan, malu, takut, namun lama-lama Ia akan terbiasa melakukannya. Nanti kalau ketemu lagi, Ia bisa dengan gampang menengadahkan tangan, walaupun tidak saat lebaran. Parahnya, ia bisa minta uang, minta jajan ke teman-temannya tanpa rasa malu.
"Kalau Saya memang tidak pernah nyuruh anak minta uang THR Pak. Biasanya Saya sendiri yang mengatakannya."
Hahaha....Waaah ini sih tambah parah.....
Janganlah kita tiba-tiba menjadi dhuafa, tiba-tiba merasa itu hak kita, tiba-tiba merasa menjadi orang yang layak dibantu.
"Kalau minta oleh-oleh?"
Sama. Itu juga termasuk mental kismin.
Boleh meminta-minta jika memang keadaan terpaksa dan dalam kondisi darurat, selain dari itu tentu di larang, bahkan banyak sekali hadits yang menerangkan larangan meminta-minta dan juga akibat yang ditimbulkan dari perilaku suka meminta-minta. Terkesan sepele namun besar dampaknya.
Lawan dari meminta adalah memberi. Ajarkanlah mental memberi kepada anak-anak kita, Insya Allah ini yang akan dia ingat seumur hidupnya.
Ajarkan ia berbagi jajan untuk diberikan ke temannya. Bisa juga kita masukkan uang seribuan di amplop atau sesuai kemampuan kita, lalu latih anak untuk membagikannya. Jika belum bisa ngasih uang, boleh ngasih senyum, ngasih kepedulian, ngasih bantuan tenaga dll. Lakukan apa yang bisa dilakukan.
Kita boleh kismin, tapi mental harus kaya. Mental kaya itu jauh lebih penting dari kekayaan itu sendiri.
Btw, buat yang mau mudik, hati-hati dijalan, tetap jaga kesehatan dan tertib berkendara.