Saya lebih suka menyebut "kiai" karena lebih membudaya disamping istilah lainnya yang juga popoler seperti ulama, ustaz, atau dai. Sekalipun istilah "kiai" tampak berkonotasi maskulin karena pada akhirnya tidak ada perempuan yang disebut kiai, namun paling tidak kebanyakan para kiai yang seringkali dianggap sebagai "
cultural broker" (perantara budaya) tentu saja laki-laki. Dalam konteks politik, kiai juga lebih sering menjadi figur yang mendukung salah satu kekuatan politik tertentu.Â
KEMBALI KE ARTIKEL