Refleksi sejarah mengenai kedudukan santri sebagai bagian dari semangat perjuangan menegakkan NKRI memang sulit terbantahkan. Fenomena ini bahkan digambarkan oleh seorang ilmuwan Jepang Mitsuo Nakamura, yang menyebut mereka yang berjihad melawan penjajah sebagai gerakan "tradisionalisme radikal". Tradisionalis merupakan ciri santri yang memang hidup secara "rural" di pelosok-pelosok Nusantara, belajar keagamaan secara tradisional dalam lingkungan pesantren secara "patriarki" karena ikatan solidaritas kiai dan santri yang begitu kuat. Para santri disebut "radikal" karena semangat juang mereka besar terhadap hal yang bertentangan dengan dirinya, terutama soal penjajahan yang harus dihapuskan. Sebutan "tradisionalisme radikal" kurang lebih memiliki konotasi "jihadis" sekaligus "fundamentalis" yang kala itu semestinya tak mungkin ditemukan pada sebuah kultur masyarakat tradisional.
KEMBALI KE ARTIKEL