Melihat fenomena yang terjadi di tengah realitas sosial kita, meneror dengan serangkaian aksi, baik dengan kekerasan ataupun tidak, seakan telah menjadi “virus” yang dibawa dan ditularkan oleh orang-orang atau sekelompok orang yang tidak mampu menerima kekalahannya dengan cara-cara bijak yang kompetitif. Merasa tidak mampu menyelesaikan pelbagai persoalan yang melilitnya, meneror adalah cara paling jitu, untuk menekan, menakut-nakuti dan mengubah keadaan yang diinginkan sesuai harapan sang pelaku teror. Bahkan tak jarang, otak pelaku teror sendiri tetap misteri dan hanya menjadi catatan sejarah atau tebak-tebakan para ahli terorisme. Mengungkap aktivitas teror memang tidak mudah dan bahkan kadang bisa menyerah, seperti “menyerah”nya kepolisian kita pada kasus teror yang menimpa Novel Baswedan.
KEMBALI KE ARTIKEL