Belakangan Indonesia diramaikan oleh beragam isu yang mengangkat soal-soal agama yang secara terus menerus diartikulasikan secara bertentangan dengan negara, demokrasi dan juga toleransi. Narasi soal sosial-politik seakan tak pernah sepi dari “pertarungan” antara kelompok agamis disatu sisi dan nasionalisme-liberalis disisi lainnya. Sepertinya sulit dicarikan titik temu antara keduanya, karena masing-masing merepresentasikan sebagai kelompok “pemaksa kehendak” yang selalu berparadigma “hitam-putih” dalam memandang dan mengartikulasikan berbagai macam hal. Menjadi bagian dari kelompok yang berparadigma “tunggal” justru semakin menyulitkan terwujudnya sebuah perdamaian, bahkan gagasan perdamaian-pun serasa dianggap menjadi hal yang tidak perlu dan hanya membuang-buang waktu dan energi.
KEMBALI KE ARTIKEL