Bagi sebagian orang yang cenderung mengedepankan sisi rasionalitas yang ada dalam dirinya, doa hanyalah sebatas “angan-angan” dimana ia merupakan ungkapan hati yang tidak ada hubungannya dengan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalani kehidupan. Doa dianggap hanya spontanitas setiap orang saja tanpa memiliki kekuatan apapun untuk merubah keadaan. Namun, bagi sebagian orang yang meyakini, doa adalah harapan yang selalu pasti terwujudkan, walaupun kadang tidak selalu sesuai oleh apa yang diinginkan seseorang. Dengan demikian, doa selalu barada pada dua dimensi sekaligus, tergantung bagaimana seseorang memahaminya, ia bisa menjadi sakral dan profan, absolut dan relatif serta historis dan metahistoris. Walaupun, memaknai doa harus berangkat dari dimensi keimanan, karena keimanan akan mampu menjelaskan segala macam objek yang bersifat metafisis.
KEMBALI KE ARTIKEL