Sengaja judul ini dibuat sedemikian mengingat seakan-akan hiruk-pikuk Pilkada Jakarta dihadapkan oleh sebuah realitas pertarungan politik yang melibatkan “Tuhan” dan juga “pasukan-Nya”. Pilkada Jakarta serasa dalam kondisi “Perang Suci” dimana agama mulai terlibat dipergunakan sebagai alat politik untuk memberikan semangat kepada para pendukungnya. Kondisi ini paling tidak menggambarkan bahwa realitas ketuhanan yang ada ternyata tidaklah monolitik atau tunggal, tetapi “pasukan-pasukan” pendukung yang ada sepertinya digerakkan oleh “Tuhan-Tuhan” yang berbeda. Padahal, sebenarnya Indonesia justru dapat bersatu secara historis karena adanya sebuah kalimat penting dalam dasar negara, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang kemudian diterima dan diyakini oleh semua agama sehingga Bumi Pertiwi ini dipersatukan.
KEMBALI KE ARTIKEL