Warga 1 (W1): "Pak, itu beneran jalur kebijakan ekonomi kita? Kok meliuk-liuk kayak ular kekenyangan ya?"
PP: "Oh, itulah keindahannya, warga! Kita harus fleksibel, mengikuti kontur tanah air kita yang unik. Lurus itu sudah mainstream!"
Warga 2 (W2): "Maksudnya kita harus belok-belok terus biar ga kena lubang?"
PP: "Tepat sekali! Lihat, kebijakan kita harus menghindari rintangan, seperti lubang anggaran yang kita alami tahun lalu."
Warga 3 (W3): "Dan garisnya putus-putus di beberapa tempat, itu apa artinya?"
PP: "Ah, itu adalah fase 'pending review'. Kita putuskan sambungan biar ada waktu untuk berpikir dan refleksi."
Warga 4 (W4): "Tapi pak, bendera-bendera warna-warni itu untuk apa? Untuk pesta kemenangan?"
PP: "Bukan, itu simbol dari diversifikasi ekonomi kita. Kita harus ceria, berwarna, dan... beragam."
Warga 5 (W5): "Berarti kita harus jalan zig-zag terus dong pak, sampe kapan?"
PP: "Hingga ekonomi kita stabil! Zig-zag adalah cara baru kita menghindari resesi!"
Warga 6 (W6): "Pak, saya lihat ada yang terjatuh karena mengikuti garis itu, itu bagian dari rencana juga?"
PP: "Itu adalah simbol dari pengorbanan yang harus kita hadapi. Tapi jangan khawatir, di akhir jalan akan ada ambulans yang siap membantu."
Warga 1 (W1): "Ambulans bayar sendiri atau gratis, Pak?"
PP: "Tentu saja... itu tergantung pada asuransi yang kalian miliki!"
Warga 2 (W2): "Pak, kalau kita ikutin jalan ini, apa kita ga bakal muter-muter di tempat sih?"
PP: "Jangan pesimis! Ini adalah jalur inovatif, kita bergerak maju meskipun... ya, memang agak memutar."
Warga 3 (W3): "Memutar sama dengan muter-muter ya, Pak?"
PP: "Oh, jelas berbeda. 'Memutar' itu strategis, 'muter-muter' itu yang lain lakukan!"
Warga 7 (W7): "Jadi kita diharapkan untuk terus mengikuti jalur ini, Pak?"
PP: "Tentu saja, terus ikuti garis ini... atau buat jalanmu sendiri. Itu metafora, tentunya."
Warga 4 (W4): "Metafora yang bikin pusing, Pak."
PP: "Ah, pusing sekarang, nanti juga terbiasa. Kita harus beradaptasi dengan ekonomi yang dinamis!"
Warga 5 (W5): "Tapi Pak, kalo kita semua terbiasa pusing, siapa yang bakal lurusin ekonomi ini?"
PP: "Nah, itu tugas bersama! Saya menggambar garisnya, kalian yang meluruskan."
Warga 6 (W6): "Berarti kami yang kerja, Pak?"
PP: "Saya juga kerja kok... saya yang gambar garisnya."
Warga 7 (W7): "Pak, kalo ekonomi kita udah lurus, garisnya bakal diganti jadi lurus juga nggak?"
PP: "Hmm... kita lihat nanti saja. Yang penting sekarang, kita semua sudah di jalur yang sama, 'kan?"
Warga 8 (W8): "Di jalur yang bikin mabuk darat ini, Pak?"
PP: "Sesekali mabuk darat itu bagus, membuat kita sadar bahwa kita semua masih di bumi, yang terkadang tidak rata."
Warga 9 (W9): "Tapi ini lebih mirip rollercoaster, Pak."
PP: "Hidup adalah rollercoaster, kita harus menikmati turun naiknya!"
Warga 10 (W10): "Pak, saya mulai paham. Ini bukan jalur ekonomi, ini jalur hiburan!"
PP: "Betul sekali! Hiburan yang mendidik. Sekarang, mari kita tepuk tangan untuk rencana baru kita!"
(Tepuk tangan terdengar setengah hati, sementara Politisi Pintar tersenyum lebar, yakin bahwa garis meliuk-liuknya adalah simbol sempurna dari kebijakan ekonomi yang "fleksibel".)