"Dulu, saya berpikir bahwa kita hidup di era digital di mana segala-galanya mungkin. Siapa sangka bahwa pemerintah bisa begitu cepat menghancurkan mimpi-mimpi kecil seperti milikku?" keluh Raisa.
Sebuah kedai kopi di ujung jalan menjadi saksi bisu pertemuan antara Raisa dan beberapa seller lainnya yang menghadapi nasib serupa. Ada rasa kehilangan, tetapi lebih dari itu, ada rasa ketidakpercayaan. "Mereka bilang ini demi UMKM, tetapi apa yang mereka lakukan sebenarnya menghancurkan UMKM seperti kita," kata salah seorang di antaranya.
Konsumen juga tidak luput dari dampaknya. Tika, seorang mahasiswi, dulu sering mencari produk-produk unik di TikTok Shop. Baginya, berbelanja di sana bukan hanya soal membeli barang, tetapi juga soal pengalaman. "Ada keunikan saat berbelanja di TikTok Shop. Aku bisa melihat kisah di balik setiap produk. Tapi sekarang? Aku hanya bisa menatap layar dan merindukan semua itu," ujar Tika.
Ketika pemerintah mengatakan bahwa kebijakan ini adalah untuk melindungi konsumen dari penjualan lintas negara, ada pertanyaan yang muncul: Apakah pemerintah benar-benar memahami dinamika pasar digital saat ini? Dalam dunia yang serba cepat ini, apakah benar bahwa menghentikan satu platform adalah solusinya?