Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Kritik Pendidikan di Film 3 Idiots

13 April 2010   15:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:49 3223 0
Film Bollywood dengan judul 3 Idiots yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani ini bercerita tentang kisah 3 sekawan bernama Rancho (Aamir Khan), Raju (Sharman Joshi), dan Farhan (R. Madhavan), sebagai mahasiswa di salah satu institut engineering terkemuka di India. Sistem pendidikan yang diterapkan di kampus tersebut mementingkan kompetisi bagi mahasiswanya untuk menjadi yang terbaik. "Hidup adalah sebuah perlombaan, jika Anda lambat, maka Anda akan terinjak-injak", itulah pesan pertama Rektor Viru Sahastrabudhhe (Boman Irani) saat menyambut para mahasiswa barunya. Rektor Viru S adalah tokoh perfeksionis yang kolot, menganggap kegagalan seorang mahasiswa adalah sesuatu yang wajar, hanya yang terbaiklah yang berhak untuk dihargai. Mahasiswa yang tidak mampu bersaing secara alamiah akan kalah, gagal dan tak perlu dihiraukan. (sumber www.google.com) Dengan sistem kompetisi tersebut mahasiswa akhirnya hanya memfokuskan diri belajar untukmeraih  kelulusan dan nilai terbaik. Mahasiswa  tidak lagi belajar untuk mengerti, memahami dan memaknai filosofi dari apa yang dipelajarinya. Efek lain dari sistem tersebut adalah banyaknya mahasiswa yang putus asa bahkan ada yang  bunuh diri karena gagal. Sistem pendidikan yang membunuh kreativitas dan hanya mementingkan kompetisi merebut nilai dan kelulusan tersebut ditentang oleh Rancho, seorang mahasiswa genius tapi memiliki pandangan berbeda tentang pendidikan. Kisah 3 mahasiswa ini diwarnai dengan pergulatan pencarian jati diri dan kepercayaan diri, masalah dengan keluarga masing-masing, kisah cinta, dan kesetiakawanan. Semua itu bercampur dan mengaduk-aduk perasaan penonton dalam tawa, canda dan kesedihan dengan karakter yang enjoy ala mahasiswa. Film dengan alur maju mundur ini mengakhiri perjalanan kisah tiga sekawan yang pantang menyerah dengan sukses dan bahagia. Beberapa kritik bagi dunia pendidikan Film ini mengkritik sistem pendidikan yang kaku, dimana mahasiswa dipaksa berkompetisi hanya untuk mengejar nilai dan kelulusan. Sistem pendidikan yang menyeramkan, dipenuhi dengan aturan-aturan dan hukuman. Sekolah seperti ini tak ada bedanya dengan penjara. Dengan sistem pendidikan yang seperti ini, mustahil diharapkan munculnya inovasi dan kreativitas dari mahasiswa,  yang lahir hanyalah mahasiswa penurut, penghapal (copy paste) yang miskin analisa. Kemampuan analisa, kreativitas dan inovasi hanya akan muncul pada diri mahasiswa dalam suasana belajar yang menyenangkan. Saya teringat Totto Chan (buku Totto Chan Gadis Cilik di Jendela) yang penuh rasa penasaran dan ingin tahu dikeluarkan dari sekolah lamanya karena dianggap tidak bisa mengikuti aturan.  Hanya karena selalu membuka laci mejanya, berdiri dan meneriaki pengamen serta memperhatikan burung walet membuat sarang. Namun di sekolah barunya,  kepala sekolahnya mau mendengarkan, mengenalkan sesuatu yang baru dan menantang serta meningkatkan kepercayaan diri siswanya. Totto Chan sangat menikmati sekolah barunya dan  semangat belajarnya pun meningkat. Kritik yang lain dari film ini adalah pandangan orang tua yang ingin memaksakan kehendak bagi anak- anaknya karena prestise atau karena dengan  jurusan tertentu akan mendapatkan jaminan pekerjaan yang dianggap hebat. Dokter untuk perempuan dan insinyur untuk laki-laki. Mahasiswa yang memasuki jurusan tanpa minat dan bakat,  bahkan memiliki minat dan bakat yang lain tapi karena tekanan orang tua memaksakan untuk memasuki jurusan tertentu tidak akan berhasil secara optimal. Bahkan cenderung gagal dan frustrasi karena konflik batin yang tak berkesudahan. Selain itu, film ini menekankan kepercayaan diri bagi seorang mahasiswa untuk berhasil. "All is well" adalah mantra yang populer di film ini untuk meningkatkan kepercayaan diri. Jika anda terbebani dengan berbagai persoalan dalam belajar termasuk beban untuk sukses, belajar anda tidak akan menyenangkan dan tentu tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tapi jika anda belajar dengan sepenuh hati tanpa beban, anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan kesuksesan akan mengikutinya. Kritik dan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini sangat relevan dengan kondisi pendidikan kita di Indonesia. Sungguh sangat banyak pesan yang dapat dipetik dari film ini, tak mampu diurai satu persatu. Meski ada juga hal- hal yang kurang wajar (berlebihan) sebagai seorang mahasiswa terhadap dosennya. Namun tak mengurangi makna dan keasyikan kita menonton kisah 3 mahasiswa kocak ini. Selamat menonton.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun