Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Jebakan Model Baru

26 Juli 2010   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35 1140 0
Sebelumnya, kami pernah mengiklankan untuk menjual sebidang tanah dengan luas 2138m2 dengan lokasi Batu 7, 100 meter dari pinggir jalan raya arah Bandara Kijang, masuk sebelum kuburan kristen Tanjungpinang. Sudah lama pun tanah itu di iklankan, penulis tidak ingat lagi telah berapa lama.
Seminggu kemarin, tepat nya Senin tanggal 19 Juli, ada telepon masuk ke HP saya, yang menginformasikan akan membeli tanah saya tersebut. Telpon itu berasal dari "Dr. H. Budiman". Melihat dari nama Budiman, tentulah ini orang baik-baik, apalagi berpredikat haji dan seorang dokter lagi. Penulis menjadi serius untuk menanggapi maksud dan keinginannya.
Pada percakapan berikutnya terjadilah tawar menawar atu negosiasi soal harga tanah tersebut. Memang penulis telah mencantumkan harga tanah tersebut Rp.300.000,-/meter dan yang bersangkutan akan mengambil dengan harga total net (bersih) Rp.600.000.000,-. Wah ini suatu nilai harga yang fantastis bagi penulis, yang telah lama ingin menjual tanah tersebut, yang direncanakan sebagian dari uang penjualannya akan di pakai untuk menunaikan ibadah haji sebanyak empat jiwa.
Sore hari nya, sang "Dr. H. Budiman", mendesak saya agar mengirim nomor rekening, karena yang bersangkutan akan mengirimkan uang sebesar Rp.10.000.000,- sebagai tanda jadi, karena yang bersangkutan takut, penulis akan menjual ke pihak lain. Memang sebelum ini, atau kemarin hari Minggu, ada juga yang mengontak penulis dengan nama "H. Somad" dan telah menyampaikan tawaran kepada kamai dengan harga Rp.230.000,-/meter, tapi penulis telah memutuskan tidak ada kesepakatan harga.
Penulis berfikir, karena "si budi" yang akan mengirim uang ke rekening saya, maka saya kirimkan lah nomor rekening, yaitu nomor rekening pada BCA. Satu jam setelah saya kirimkan nomor rekening BCA saya, datang telepon dari "si budi", menginformasikan bahwa uang Rp.10.000.000,- telah di tansfer ke rekening saya, karena struk pengiriman (bukti transfer) tidak keluar dari mesin ATM, maka saya diminta segera men cek ke mesin ATM. Tapi saya tidak dapat ke mesin ATM saat ini, karena ATM BCA tidak ada, kebetulan saat itu, penulis sedang berada di salah satu ibukota kabaupaten di Provinsi Jambi yaitu Kuala Tungkal, yang tidak ada kantor bank BCA. Si Budi, meyakinkan saya bahwa uang telah di transfer, nomor rekening sudah benar dan nama saya juga sudah terlihat di layar monitor mesin ATM, tolong segera di cek katanya. Saya jawab, bahwa saya baru dapat mengecek transfer bapak hari Kamis, karena saya akan pulang ke Pekanbaru.
Sesampainya saya di Pekanbaru, saya cek untuk transaksi transfer uang Rp.10.000.000,-, ternyata tidak ada dalam pembukuan buku tabungan yang saya cetak. Dan saya informasikan segera kepada Bapak "Dr. H. Budiman" via SMS. Jam 10.00 wib atau dua jam setelah itu, "si budi" mengontak saya, apakah transfer uang telah masuk?, saya jawab, kan sudah saya SMS kan kepada bapak, uang yang bapak kirim tidak ada. Lalu yang bersangkutan bertanya, di Atm mana di cek?, saya jawab  langsung ke kantor cabang BCA Pekanbaru dan mencetak di buku tabungan saya. Kenapa bapak tidak ke mesin ATM aja lagi mengeceknya. Sudah aja pak, saya repot/sibuk dan mau berangkat ke kampung saya di Tanjung Bo'ong, kalau mau kirim, nanti saya cek lagi di mesin ATM.
Klik langsung teleponnya di tutup.

Mungkin Si "Dr. H. Budiman"" telah merasa kena sindir, karena saya akan berangkat ke Tanjung Bo'ong atau pun merasa jebakan nya tidak mengenai sasaran, maka yang bersangkutan memutuskan hub ungan dengan saya.

Kepada pembaca yang terhormat, belakangan saya memikir, ini hanya suatu jebakan untuk memperdayakan kita, apabila kita tidak cepat menganalisis rencana mereka, karena kita terbawa emosi yang gembira, lalu kita di giring ke mesin ATM, nantinya dia akan menuntun kita untuk menguras dana yang ada di buku tabungan kita. Waspadalah.....waspadalah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun