Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Ritual Kematian Rimba Tua

16 Maret 2014   10:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 253 4

/1/

Pukul lima, selagi pagi masih buta

Kubuka jendela

Orang-orang masih terlelap sambil berdesah dan menggeliat, menggaruk diri dalam mimpi.

Di atas kepala, di langit yang semakin pucat pasi

Bintang-bintang memudar

Lenyap dalam halimun yang bertabur di ufuk timur

/2/

Di cakrawala sana

Horizon terkepung oleh kabut asap kelabu

Yang merangkak dari bumi ke langit seperti awan merayap tak menentu

Samar-samar terhampar tanah yang akan menjadi perkebunan baru

Sebuah dataran sunyiyang mati tanpa warna

Tempat semua yang pernah hidup telah ditumpas, dibakar, dimusnahkan

/3/

Pohon tua yang anggun, rotan yang penuh duri, daun yang mewangi,

Ular, semut, kelabang, kalajengking

Melilit, merayap, melata, dan berkembang biak di kaki hutan

Baru saja binasa, lebur dalam api kemerahan

/4/

Api telah membawa kemusnahan yang mengerikan

Lautan api yang menggelegar seperti gelombang kobaran amarah

Menjilati di sekujur tubuh pohon yang lesu, melahap rakus rerumputan kering

Lalu angin mengencang, menghembus sehingga api menyala hebat

Melahap sisa-sisa yang masih ada

Onggokan asap naik tinggi ke udara dan jatuh menyebar dihalau angin di atas tanah yang murung

/5/

Udara bersih tak lagi ada

Asap menjelma menjadi bayangan kelabu yang mengepung kota

Menakuti dan menteror para penduduk di mana-mana

Menjerat dan mencekik urat leher mereka

Kami menghirup udara serasa di neraka.

/6/

Kini terhamparlah tanah itu, gundul, kosong dan kesepian

Menantikan sebuah peradaban yang akan tumbuh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun