" Ayah" lirihku. tangan dan kakiku gemetar,bahkan kata minta maaf yang kemarin sudah aku hafalkan mendadak hilang,aku menunduk tak berani menatap mata elangnya. Dalam keheningan ini aku beranikan diri untuk menatap ayah dan berujar
" Ayah, aku minta maaf atas segala kesalahan yang aku buat. Aku menyesal saat itu membantah ayah. Tapi aku benar-benar ingin mengambil teknik di kampus tempat ayah mengajar bersama kakak."
" Ayah tidak marah, hanya kecewa, kalau waktu itu kamu cerita sama ayah, ayah akan mengerti." Ya, gue sadar semua ini salahnya.
"Ayah memaafkanku?"
"Sebelum kamu meminta maaf, Ayah sudah memaafkanmu. Ayah ada jadwal mengajar, nanti kita sambung lagi." Ujarnya sambil melangkahkan kaki menuju garasi.
" Orion, ini kamu? Â Kenapa kamu tidak memberitahu bunda kalau kamu pulang. kamu kenapa nggak pulang-pulang sih, bunda kangen kamu. Eh, Ayahmu sudah berangkat kerja?" Ucap Wanita berkepala empat ini sambil memelukku.
" Bunda tanya satu-satu dong, iya ini orion memangnya bunda kira ini siapa? Maaf kemarin Leo menyuruh Orion pulang untuk meminta maaf pada ayah. Ayah sudah berangkat sejak tadi."
" Alhamdulillah akhirnya kamu dan ayah baikan. Kebetulan sekali kalau kamu dan ayah sudah berbaikan, kamu nggak mau bantuan bunda?"
"Bantuin apa bun?"
" Anterin bekal buat ayahmu, sekalian sama bukunya yang ketinggalan."
Sambil menahan tawa aku bertanya pada bunda " Ayah masih sering dibawain bekal bun?"
" Sejak kamu dan Leo kuliah, Ayahmu memang sangat manja pada bunda." Sambil memberi kotak bekal ayah.
" Yaudah bun, Orion berangkat dulu ya."
" Kamu sudah sarapan? "
" Sudah bun."
" Hati- hati dijalan "
" Iya Bun, Assalamu'alaikum"
"Waalaikum salam"
Gue mengucap salam sambil mencium tangan bunda. Lalu menuju garasi untuk mengambil mobil kesayangan yang sudah lama tak pernah kunaiki, Range Rover hitam. Karena semenjak gue kuliah, gue hanya mengandalkan motor Ducati Diavel Carbon, pemberian dari Ayah 5 tahun yang lalu.