Indonesia sejak lama dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam. Salah satu sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah panas bumi. Panas bumi bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Potensi panas bumi yang sudah ditemukan oleh pakar di Indonesia sebesar 29.038 MW.yang tersebar 276 lokasi. Itu diluar potensi panas bumi yang ada di sekitar garis pantai yang belum ditentukan.
Hingga triwulan ketiga tahun 2013 total kapasitas PLTP terpasang sekitar 1.281 MW. Beberapa pembangkit yang sudah terpasang antara lain PLTP Sibayak, PLTP Ulu Belu, PLTP Wayang Windu, PLTP Kamojang, PLTP Darajat, PLTP Gunung Salak, PLTP Dieng dan PLTP Lahendong.
Memang investasi pengembangan energi panas bumi tidak murah namun manfaatnya berlangsung lama. Investasi yang mahal hanya untuk pengeboran panas bumi dan pemisahan panas bumi dengan material lain yang ikut. Setelah panas bumi terangkat biaya operasional murah mengingat uap untuk menggerakkan turbin telah di sediakan bumi. Air yang naik ke atas bumi akan dikembalikan ke perut bumi untuk dimasak kembali untuk menghasilkan uap kembali. Hal itu yang menyebabkan biaya operasional PLTP setelah beroperasi sangat murah.
Seperti investasi PLTP Ulubelu dengan kapasitas 2 x 55 MW unit 1dan 2 yang dibangun PLN di Desa Muara Dua Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung mencapai US$ 114 juta atau setara dengan Rp 1,1 triliun. Pengambilan oleh panas bumi dari perut bumi dilakukan Pertamina Gethermal Energi (PGE) sedangkan pembangkit dibangun oleh PLN. PGE sedang mengembangkan PLTP Ulu Belu unit 2 dan 3 yang letaknya diatas unit 1 dan 2.
PLTP sangat ramah lingkungan karena tidak ada bahan sisa (residu) yang tersisa karena seluruh material yang ikut terangkat ke atas akan dikembalikan ke perut bumi. Terlebih PLTP bisa menghemat penggunaan BBM, seperti PLTP Ulu Belu setiap tahun bisa menghemat hingga 230 ribu kilo liter. Oleh karena itu sudah waktunya pemerintah mempertimbangkan untuk mengoptimalkan PLTP untuk mencapai target seluruh rumah tangga di Indonesia teraliri listrik. Masih banyak desa di pelosok nusantara yang belum bisa menikmati listrik. Mereka terpaksa menggunakan mesin diesel yang membutuhkan operasional yang mahal.
Sudah saatnya untuk menghindari ketergantungan energi fosil karena cadangan semakin terbatas dengan melakukan pembauran energi. Apalagi Indonesia sudah tidak masuk dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC).