Prolog : tulisan ini memenuhi janji kepada mbak Ary amhir, tentang nostalgia menjadi anak kolong :-) ===== Mari kita tanyakan, apa beda
anak kota dan
anak desa? Jawabnya beragam, tergantung dari sudut pandang menjawabnya. Namun dapat dipastikan hamnpir semua jawaban akan berpihak ke anak kota dengan kata awal "lebih". Mungkin, satu satunya penggunaan kata
lebih buat anak desa ' "anak desa lebih lugu, lebih jujur dan lebih bersih dari kontaminasi budaya" Lalu kita tanya lagi apa beda
anak gedongan dengan
anak kolong? Lagi lagi jawabnya berbeda, dapat dipastikan kemungkinan besar jawabannya berpihak ke anak gedongan. Hal yang jamak.... anak kolong identik dengan .............., gak perlu diperdebatkan. Satu satunya, penilaian yang menyenangkan jadi anak kolong adalah: "anak kolong lebih tinggi rasa kebersamaannya, tinggi solidaritasnya dan relatif mampu mengatasi kerasnya dunia luar". Mungkin ini salah satu sisi yang dipandang negatif bagi sebagian orang yang menganggap anak kolong urakan, suka berkelahi, suka main keroyokan! Benar, anak kolong sangat tinggi solidaritasnya, terbiasa hidup terorganisir dengan didikan dirumahpun ala militer.   Melakukan kesalahan, hukuman ortu biasanya
"berdiri dalam posisi siap selama satu jam" atau
"push up 20 kali". Minimal hukuman adalah berdiri dalam keadaan siap dan mengucapkan 250 kali janji
"saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi" . Bagi orang diluar tangsi / barak,  didikan ortu seperti ini salah dan tidak pada tempatnya. Mungkin ada benarnya. Yang jelas, kini dunia anak kolong sudah berubah, lebih baik, mestinya _:) Tetapi, bagi anak kolong, didikan seperti inilah yang menempa pribadi menjadi kuat, tahan banting dalam menjalani kehidupan. Jadi anak kolong memang merasakan
previlege tersendiri, terlepas apapun pangkat ortu. Rasa kebersamaaan anak kolong luar biasa, pergi kemping selalu bersama, ikut organisasi pramuka selalu bersama, berkelahipun rame rame bersama... ha ha ha. Ada istilah yang tepat untuk mengambarkan kekompakan anak kolong yaitu
"your fiends are only three;...... your friend, .....your friend's friend...... and your enemy's enemy" Tempo doeloe, olahraga murah  dikalangan anak kolong selain sepakbola, ya menembak, maksudnya ikut berburu dihutan...... karena senjata dan peluru gratis, diam diam nebeng ortu....he he he. Kalau malam lebaran, orang desa memukul beduk, orang gedongan merayakan dengan mercon mercon gede, eh ... anak kolong menikmati dar dor di tangsi. Masa itu, sarana transportasi andalan buat rekreasi anak kolong adalah truk militer. Mengantar ibu ibu berbelanja mingguan ke pasar, .... ya.pakai truk militer. Mengantar jenazah masyarakat sekitar tangsi kekuburan, pakai truk militer (yang satu ini mesti dilestarikan...... pengejawantahan dari rakyat untuk rakyat !!!). Tentu saja, merehabilitasi asrama, beli bahan .... ya truk militer. Jaman itu ga ada tuh sedan pelat hijau kuning, paling keren mobil Gaz rusia !. Lagian yang tinggal di asrama, di tangsi, di barak khan umumnya yang pangkat rendahan..... jadi anak kolong yang murni sebenarnya adalah anak kopral, bukan anak jenderal! Yang pangkat tinggi tinggalnya ya sedikit ekslusif lho. . Kembali ke kisah anak kolong, nama nama yang diberikan oleh orang tua kepada masing masing anak kolong punya ciri khas tersendiri. Biasanya ada hubungah sejarah perjalanan karir orang tua bersangkutan. Misalnya ada anak kolong yang bernama
Garnizun Perkasa karena saat lahir, ortunya sedang piket di garnizun. Ada juga yang dikasih nama Merdeka
Irianto,
Armedia, Dewi
Larosae dll. (Mudah mudahan sejawat yang disebut namanya ini membaca dan teringat masa masa muda di lapangan sekojo, bumi sriwijaya , dikota masa kecil kita itu.) Dikalangan sendiri, kami selalu menyebut ortu sebagai chief :
‘tuh , chief-mu  udah pulang" atau :
'eh , tadi kami ketemu dengan chief kamu". Lucunya ternyata tidak satupun teman teman anak kolong yang kukenal mengikuti jejak ortu. Mungkin sudah "tobat" merasakan didikan gaya asrama, meski beberapa olahraga masih menyempet dunia militer, semisal terjun payung, paragliding, nyelam...yang sampai saat ini masih digeluti. Teman se-tangsi, ada yang kerja jadi pegawai negeri, pegawai swasta, dokter, perawat, politikus, ada yang swakarya, bodyguard, supir, tukang parkir, ngamen..... pokoknya halal dan tentu saja ada melanglang buana mengadu nasib di ujung Pulau Sumatara, Jakarta, Kalimanatan, Sulawesi, Lombok dan akhirnya terdampar di TimTeng. Khan perjalanan hidup sudah ada garisnya tersendiri, kita hanya melakoni dalam rangka mencari takdir.....,
that's life -  c'est la vie. Ada juga yang cemerlang otaknya , dapat bea siswa dan bertahan hidup dengan beasiswa yang pas-pasan, semangat
survival hasil didikan gaya anak kolong. Ternyata anak kolong memiliki naluri survival yang tinggi dan berhasil dalam perjalanan hidupnya. Dasar anak kolong, yang mampu kuliahpun, tetap menunjukan jati diri anak kolong dengan berkiprah di menwa. Ada yang jago organisasi, berkiprah melalui forum komunikasi anak serdadu yang terkenal itu. Asal tahu aja forum komunikasi anak kolong itu terkenal dengan seragam loreng dan baret coklat susu mudanya he he he, lahir pertama kali di bumi Sriwijaya, bukan di Jakarta ! . Dulu forum komunikasi ini jelas jelas diarahkan bernaung dibawah warna kuning, dan pentolannya memang ada yang menikmati sebagai politikus luar dalam , walaupan ada juga yang merasa terdampar jadi politikus. Sejak masa masa post-orba, banyak anggota forum komunikasi anak kolong ini, pada rame yang meninggalkan si kuning, lalu bergabung dengan si hijau, si merah, si biru dll. Ga masalah toh ?!! mengabdi buat "bangsa dan negara" bisa melalui tunggangan apasaja !  kendati kadang kadang harus berlawanan dengan hati nurani, atau bahkan harus berhadapan dengan sejawat lama yag kebetulan sekarang sudah membawa bendera beda warna ! kasihan memang..... harus berlawanan arus demi sebuah simbol sebagai politikus ! atau....... demi isi perut mungkin ! Khusus sejawat anak kolong yang berkiprah di jalur politik,, ada anekdotÂ
tau sama tau; yaitu tetap menyebut diri sendiri sebagai
pemuda, walau usia sudah mendekati senja! Bayangin aja, udah jadi kakek kakek, masih aktif di forum komunikasi
pemuda pemudi bla...bla...bla. Udah tua renta, udah uzur... ehhhh masih
mengaku pemuda , karena memang enggan meninggalkan
the comfort zone ......walah walah !  Mungkin karena salah menterjemahkan motto "old soldier never die" ? Mungkinkah ini gambaran pribadi yang lip-lap, lain dimulut lain dihati ?????, wallahualam. Mbok, berikan kesempatan pada adik adik muda yang masih segar, masih semangat dan belum terkontaminasi kultur korupsi - nepotisme - aji mumpung itu lho. Jangan sampai tiba saat seperti pepatah yang mengatakan
"life is never the same, after days as sweet as honey, you'll get the tearful days of unions".  Contoh sudah banyak. !!!!  banyak pemimpin dunia diakhir hayatnya di-hina-kan oleh rakyatnya sendiri ! Sejarah sudah mencatat......., coba simak beberapa anggota parlemen yang terhormat jaman orba yang kebetulan anak kolong "terhormat" sudah menuai hasilnya .......menikmati hidup dihotel prodeo akibat korupsi dan nepotisme ? Juga saat ini, anda khan tahu siapa anggota parlemen yang notabene anak kolong "terhormat" yang sedang bergelut membebaskan diri dari tuduhan korupsi alias kasus suap ?!!. Tahu bedanya anak kolong beneran dan anak kolong terhormat ?!!. Anà k kolong beneran itu, dulunya memang hidupnya di tangsi - diasrama serdadu karena ortunya berpangkat rendahan. Sedang anak kolong terhormat itu ya anak penggede serdadu, yang lebih banyak mendapat kemudahan dan gak pernah menikmati dumia asrama, dunia tangsi :-) Tapi ini dulu...... dulu sekali .... di jaman jahiliyah ! Hari kita sudah senja, bahkan adzan maghrib berkumandang ,............... saatnya bertasbih bung ! Salam sxgani
KEMBALI KE ARTIKEL