Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Pantai Amed, Kedamaian di Timur Bali

27 Juni 2014   11:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:40 1471 0
Eksotisme pantai di Bali memang tidak perlu lagi kita pertanyakan, bahkan dapat dibilang pantai menjadi sumber penghasilan utama bagi pariwisata pulau para dewa tersebut. Sebut saja Pantai Kuta atau Tanjung Benoa jika Anda ingin berolahraga air. Tapi jika bagi Anda pantai-pantai di Bali terlalu ramai dan menginginkan suasana pantai yang layaknya seperti pantai pribadi, datanglah ke Pantai Amed.

Pantai Amed terletak di bagian timur Bali, tepatnya di Karangasem. Kondisi ombak yang sangat tenang dan keberadaan terumbu karang yang terawat dan jauh dari kata sampah menjadikan Amed sebagai lokasi yang sangat cocok untuk snorkeling ataupun diving. Pantai dengan pasir hitam yang mewarnai pun menjadi daya tarik bagi mata saya untuk berjalan di pinggir pantai. Selain pantai, Anda juga dapat menikmati indahnya Gunung Agung yang menjadi latar belakang di Pantai Amed.

Pagi itu saya sampai di Amed setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari daerah Kuta dengan mobil. Ketika saya turun dari mobil, saya segera berteriak ke keluarga saya “Gila, ini bersih banget lautnya!” Saya pun segera berjalan-jalan di pantai meskipun matahari pagi itu sangat terik. Tapi ada yang mengganjal hati saya, kenapa saya tidak menemukan wisatawan lokal disini ya? Usut punya usut dengan si warga lokal, ternyata memang Pantai Amed ini baru terkenal di kalangan turis mancanegara, khususnya Eropa. Mungkin salah satu penyebabnya karena lokasi yang cukup jauh dari pusat keramaian Bali.

Puas berjalan di pantai, saya memutuskan untuk segera snorkeling disana. Saya segera mendatangi salah satu toko yang menyewakan peralatan selam dan snorkeling disana. Untuk menyewa peralatan snorkeling lengkap, saya perlu merogoh kocek sebesar Rp 40.000,00, dan saya bisa mendapatkan snorkel dan fin (sepatu katak). Jika Anda ingin mendapatkan pelampung, diperlukan lagi uang tambahan sebesar Rp 30.000,00. Selain toko, warga lokal di Desa Amed juga menyewakan peralatan snorkeling dan menyelam dengan harga yang dapat ditawar.

Selesai bertransaksi, saya dan ayah saya segera berlari menuju laut. Namun langkah kami tertahan dengan panggilan dari si empunya toko. Ia menyarankan salah satu lokasi snorkeling dan diving yang bagus disitu, yaitu di Japanese Shipwreck. Untuk mencapai ke lokasi ini, Sobat traveller harus menyewa kapal dari nelayan lokal dengan harga yang dapat ditawar. Sebagai acuan, biasanya nelayan disana memberikan harga sekitar Rp 300.000,00 – Rp 500.000,00 atau jika ingin harga pasti, Anda dapat bekerja sama dengan toko tempat menyewa peralatan snorkeling atau diving agar mendapat harga yang lebih pasti.

Setelah 30 menit saya berloncat-loncat di atas perahu tongkang milik nelayan lokal, akhirnya saya sampai di Japanese Shipwreck. Berdasarkan cerita dari si bapak nelayan (yang saya lupa namanya, maaf ya pak :() ternyata lokasi ini adalah lokasi kapal kubu Jepang tenggelam ketika Perang Dunia II berlangsung. Memang tidak salah, lokasi ini ternyata lebih indah dibanding lokasi lainnya, karena bangkai kapal yang hanya didiamkan di bawah air, telah menjadi “rumah” bagi ratusan biota laut sepeti ikan dan terumbu karang. Sebut saja clownfish, ikan banner, ikan kardinal, kakap hitam pasti akan Anda temukan. Penasaran dengan rasanya dikelilingi banyak ikan, akhirnya saya memberikan roti yang saya bawa ke ikan-ikan tersebut. Hihihi, rasanya geli-geli tapi nagih! Tanpa terasa, sudah 1,5 jam saya snorkeling dan saya harus segera mengembalikan peralatan yang saya sewa. Yaah saya pun tertunduk kecewa karena memang belum puas hehe. Sekitar pukul 14.00 WITA saya kembali lagi ke toko penyewaan alat.

Karena snorkeling bikin perut berteriakan, akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk makan di salah satu resto. Tapi untuk urusan perut, ternyata di Desa Amed masih sulit ditemukan makanan dengan harga yang “ramah”. Mungkin karena sebagian besar pengunjung Pantai Amed adalah wisatawan mancanegara, resto disini pun memiliki harga dengan standar internasional, dengan kisaran harga untuk makanan Rp 50.000,00 – Rp 300.000,00 dan Rp 20.000,00 untuk minuman. Saya pun memutuskan untuk memesan steak daging. Tapi ternyata harga yang tinggi juga seimbang dengan rasanya yang enak dan porsi yang sangat mengenyangkan. Wah, saya pun merasa puas dengan makanan itu.

Tapi Anda tidak perlu khawatir soal penginapan di Desa Amed. Penginapan disini dapat dibilang cukup murah dengan standar internasional dan kamar yang bersih. Harga kamar semalamnya berkisar Rp 150.000,00 – Rp 200.000,00. Selain hotel, beberapa warga lokal di Desa Amed juga menyediakan homestaydengan harga yang (lagi-lagi) dapat ditawar. Sudah mendapat banyak informasi, perut sudah tidak teriak lagi, dan merasa lelah, kami pun kembali ke daerah Kuta. Bagi Anda yang bosan dengan suasana Bali yang hingar bingar, Pantai Amed sudah seharusnya masuk ke daftar tempat yang wajib dikunjungi di Bali.

How to get there?

Untuk sampai ke Pantai Amed, dapat menggunakan kendaraan pribadi (umumnya mobil) dari Kuta atau Legian, dengan waktu tempuh 2,5 – 3 jam.

Namun jika Anda ingin menggunakan angkutan umum, dapat menggunakan bus dari Terminal Batubulan, Denpasar ke Amlapura, selama dua jam. Kemudian naik bemo tujuan Amed, selama 30 menit.

Tips:

1. Waktu mengunjungi Pantai Amed yang terbaik adalah di pagi hari, karena lokasinya berada di timur dan sangat baik untuk melihat sunrise.

2. Pandai-pandai menawar di Amed, jika tidak ingin dipatok dengan harga mahal.

3. Bawa sunblock dan perlengkapan pantai yang lainnya, agar liburan Anda di Pantai Amed semakin nyaman.

Selamat berlibur!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun