Sampai sekarang, masih ada satu makna kata ditulis dengan dua cara. Yakni kata yang dimaksud bermakna “gedung”; ada yang menulis GRAHA dan ada pula GRHA. Mana yang benar ?
Setahu saya, pada masa Gus Dur (alm) menjadi Presiden, ada gagasan untuk menggubah nama BINA GRAHA menjadi BINA GRHA. Sayang belum terlaksana. Berbeda tipis dalam penulisan, namun maknanya sangat berbeda.
Empatbelas (14) tahun yang lalu, saya menulis di majalah Gatra perihal ini dengan judul Gara-gara Bina Graha (saya kutip sepenuhnya pada akhir tulisan ini). Karena penasaran, saya buka lagi beberapa kamus dan saya kutip sebagai berikut :
Suparlan (1994) : Kamus Kawi-Indonesia
Penerbit : Kanisius
grah = gerah
graha = sakit
grahan = kesakitan
Wojowasito (1977) : Kamus Kawi-Indonesia
Penerbit : cv Pengarang
graha = 1. bintang; 2. pegang, capai, tersesat, salah raba; 3. buaya
grha = rumah
grhadika = rumah bagus
grhastha = kepala keluarga
grhaja = lahir di rumah
Prawiroatmodjo (1987) : Bausastra Jawa Indonesia
Penerbit : Gunug Agung
grah = gering
graha = istri/suami, bintang, buaya
graja = saudara
Winter & Ranggawarsita (1987) : Kamus Kawi-Jawa
Penerbit : Gadjah Mada University Press
grah = sakit, geludhug, panas
graha = 1. griya, wengku, enggen, sakit, garwa, estri, semah, jodho, selir,
pengrembe; 2. sakit
greha = griya
Departemen Pendidikan Nasional ( 2008) : Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.4
Penerbit : PT Grmedia Pustaka Utama
graha = 1. menangkap; 2. buaya
graha bergeser menjadi gerha
gerha = 1. istri, permaisuri (ark, tidak lazim)
gerha = bangunan, kantor, tempat tinggal, geria
Akhirnya saya berpendapat bahwa penulisan kata Skt yang bermakna gedung, yang benar adalah GRHA bukan GRAHA. Laman “gerha” dalam KBBI dan “greha” dalam Winter & Ranggawarsita adalah senada dengan “grha” dalam bahasa Skt.
Kutipan
Gara-gara Bina Graha
Menurut Prawiroatmodjo (1981) graha artinya istri (suami), bintang, buaya. Wojowasito (1977) mengartikan: pegang, raba, capai/jangkau. Grha artinya rumah. Menurut kamus Kawi-Jawa (Ranggawarsita & Winter, 1987), graha : 1. griya/rumah, wengku/bingkai, enggen/tempat, garwa (suami atau istri), selir/gundhik, pengrembe (tanah milik raja); 2. sakit.
Tak mengherankan terjadinya kekalutan dengan multikrisis di negara kita, karena segala urusan memang dilakukan di Bina Graha. Yang dibina itu para suami/istri, bintang (di pundak), dan para buaya (darat), pegang-pegang dan raba-raba. Coba seandainya bangunan itu diberi nama Bina Grha, maka selama enam pelita yang sudah dilewati, tetunya tak ada lagi yang tuna-wisma ---- [GATRA, 12 Agustus 2000].
Suwardjoko Warpani
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota - ITSB