Lembaga sekolah menjadi titik bidik program pendidikan karakter. Tak ayal lagi, pihak guru menjadi sasaran utama untuk menanamkan pendidikan karakter di sekolah. Mengapa? Guru berinteraksi langsung dengan peserta didik melalui pembelajaran di ruang kelas! Bahkan pendidikan karakter telah dimasukkan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Itu artinya, setiap guru harus memasukkan pendidikan karakter ke dalam perangkat pembelajarannya. Misalnya, guru memasukkan pendidikan karakter pada silabus mata pelajaran.
Apa yang sudah diperbuat lembaga pendidikan, saya rasa sudah cukup memadai. Persoalannya, apakah strategi yang dipakai untuk menanamkan pendidikan karakter cukup ampuh untuk membentuk siswa berkarakter baik? Diakui memang, hasil program pendidikan karakter tidak mungkin terlihat dalam waktu satu atau dua tahun.
Menurut hemat saya, pendidikan karakter tidak bisa diajarkan atau diinformasikan saja kepada siswa, sebagaimana lazimnya menyampaikan materi pelajaran. Pendidikan karakter ditanamkan melalui keteladanan warga sekolah. Contoh dan suri tauladan yang nyata akan mudah meresap ke dalam jiwa siswa.
Keteladan karakter ditanamkan tidak hanya di sekolah. Rumah tangga dan masyarakat perlu mendukung penanaman karakter siswa. Pendek kata, penanaman pendidikan karakter tidak terbatas pada waktu dan tempat melalui keteladanan orang-orang dewasa di sekitar siswa.