Dari sisi performa ekonomi, berdasarkan data dari World Bank, pada tahun 2021 Jepang mencatat GDP sebesar USD 4,94 triliun menempati posisi ke-4 dalam peringkat GDP dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Dengan sektor-sektor Industri yang berkontribusi kepada GDP meliputi agrikultur (1,04%), manufaktur (29,02%) dan jasa (69,47%) berdasarkan data survey tahun 2019 oleh statista. Komposisi kontribusi sektor-sektor industri Jepang tercatat konsisten dari tahun ke tahun.
Nominal GDP dari performa sektor-sektor industri Jepang yang tinggi tidak terlepas dari kebutuhan energi. Sebagaimana tercatat oleh International Energy Agency, 2020 (IEA), konsumsi energi Jepang dari tahun ke tahun didominasi oleh sektor Industri, diikuti oleh konsumsi perumahan/hunian dan sektor komersil & fasilitas / pelayanan publik dengan total kebutuhan energi Jepang 971,51 Terra Watt Hour (Twh). Kebutuhan energi Jepang tersebut dipasok oleh sumber yang terdiversifikasi yang didominassi Batu bara, minyak, gas alam, bahan bakar organik (biofuels), nuklir dan sumber daya air, panas bumi, cahaya matahari (solar) dan angin memerankan peran kecil. Sebagai akibat terjadinya kecelakaan pada reaktor nuklir Fukushima pada 2011, Jepang memangkas penggunaan Nuklir sebagai salah satu sumber pembangkit energi listrik dan kebutuhan energi listriknya dikompensasi oleh batu bara, minyak, gas alam, sumber daya air dan panel surya.
Luas wilayah jepang dan kurangnya kekayaan alam sebagai sumber energi yang terkandung didalamnya membuat jepang bergantung pada import energi. Program nuklir Jepang ada sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Pemanfaatan tenaga nuklir yang menawarkan efektifitas (tingkat energi yang mampu dihasilkan lebih besar dari komponen biaya), output energi yang konsisten dalam jangka waktu yang lama dan tingkat emisi karbon jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar minyak misalnya membuat pemanfaatan tenaga nuklir dipandang sebagai salah satu sumber energi penting dalam ketahanan energi.
Pada tahun 2020, populasi Indonesia tercatat sekitar 270 juta jiwa dengan kebutuhan energi 268,1 TWH dengan pasokan energi didominasi oleh penggunaan minyak bumi (36,7%), bara (28,8%), gas alam (21,4%). Penggunaan energi terbaharukan sebesar 13,1 % atau 38,6 TWH. Â Saat ini, Indonesia terus mengusahakan elektrifikasi untuk daerah terdepan, terluar dan tertinggal, sekaligus mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon.
Baik eletrifikasi dan beralihnya sumber daya kendaraan menjadi listrik tentu memerlukan penyesuaian, berupa peningkatan pasokan lsitrik oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo menyampaikan dalam pidatonya pada acara Hannover Messe, Denmark (16 April 2023) tentang transisi energi untuk memenuhi energi yang terjangkau oleh masyarakat. Transisi energi perlu memperhatikan akses ke energi bersih, memiliki tantangan dalam aspek pendanaan dan tekonologi. Nuklir sebagai sumber energi dengan kelebihan-kelebihannya tidak lepas dari upaya pemerintah mewujudkan elektrifikasi dan transisi energi dari ketergantungan sumber daya minyak, batu bara dan gas alam.
Selain hambatan-hambatan diatas, Indonesia perlu mengatur strategi bagaimana pemanfaatan sumber daya nuklir mulai dari bahan galian hingga penempatan, bentuk pembangkit nuklir yang kelak akan digunakan dengan mempertimbangkan faktor resiko laten pembangkit nuklir dan keamanan nasional.