Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Atut Tidak Sep(Atut) yang Dibayangkan

25 Desember 2013   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:29 101 0
Setelah berlarut dan melalui opini masyarakat seakan KPK menunjukkan tajinya. Gubernur Provinsi Banten Ratu Atut Chosiyah sudah ditahan KPK di Rutan Pondok Bambu. Saya sempat membaca di media cetak dan menonton di media elektronik tentang kegalauan Atut setelah ditahan. Kami rasa kegalauan itu wajar ketika Tas LV disandingkan sepatu New Balance menemani atut  untuk memenuhi panggilan oleh KPK. Namun sekarang yang menemani Atut bukanlah Tas Merk, Sepatu Merk, Kendaraan Mahal, Jabatan maupun pendukung semu atut (yang katanya mendukung Atut dan mendesak KPK untuk membebaskan atut tetapi ternyata setelah diwawancarai dan ditanya seputar KPK cuma tahu arti nama saja. Terlalu). Seperti tulisan saya beberapa bulan lalu, Arisan KPK seakan menunjukkan hasil positif akan terbongkarnya kasus-kasus korupsi para pejabat pemerintahan. Dulu ketika dilantik menjadi Gubernur atut tidaklah setenar sekarang karena pada saat itu atut baru menjabat sebagai Gubernur setelah Gubernur sebelumnya Djoko Munandarpada diseret karena terkena kasus korupsi dan atut patut menjabat Gubernur.

Setelah menang PEMILU di tahun 2011 harapan masyarakat Banten kepada Gubernur Wanita Indonesia pertama ini sangatlah besar, tidaklah berlebihan, kalau diibaratkan anggota tubuh Wanita adalah lehernya dan Pria adalah kepalanya. Meskipun ada kepala namun ingat ada leher yang senantiasa menggerakkan kepala ke kanan, kiri, atas atau bawah. Namun seribu sayang harapan masyarakat banten kian sirna dan merasa gedeg dengan keberadaan atut yang sifat keleherannya semakin menjadi-jadi. Atut menggerakkan kepala disana dan disini untuk keluarganya. Jabatan dan struktur pemerintahan diisi oleh Sanak Keluarga Atut.

Tepat tanggal 17 Desember 2013 KPK menyeret Atut ke Tahanan. Dan hingga kini proses penyelidikan dan penyidikan untuk calon Tersangka arisan KPK sedang digiatkan karena KPK menilai kasus yang diawali penangkapan ketua MK ini kian menyeret dan membawa banyak nama. Perayaan Hari Ibu 22 Desember kemarin seakan menjadi tamparan buat Atut ketika para anak-anak Indonesia mendapat cerita inspirasi dari seorang ibu untuk menjadi panutan. Apakah ini yang namanya seorang ibu? Tidak P(Atut). Ibu itu adalah Ibu kami yang melahirkan kami bukan Ibu atut yang melahirkan contoh ketidakp(Atut)an. Salam dan Merdeka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun