Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Bagaiman Menjadi Guru Matematika yang Baik

15 Mei 2015   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:01 176 0
Pertama sekali saya mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah karena hari ini saya peserta didik saya kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Jatisrono dapat menduduki ranking pertama, walaupun hanya tingkat kabupaten, dan ranking 25, walaupun hanya tingkat propinsi pada pelaksanaan UN tahun 2015 SMA, khususnya mata pelajaran matematika.

Saya ingin mengucapkan selamat dan sukses kepada seluruh peserta didik saya yang lulus dengan prosentase yang maksimum dan 12 siswa ipa, 2 siswa ips dari 208 peserta didik kelas XII diterima di PTN dengan jurusan yang semuanya baik. Itulah hasil kerja kalian, pertahankan dan tingkatkan kualitas di setiap pekerjaan, karena di depam anda menghadang perlombaan di dunia nyata yang akan mempengaruhi masa depan kelak.

Saya tidak merasa menjadi seorang guru yang baik, tetapi saya berusaha bersikap menjadi guru yang baik di depan para peserta didik, dan bukan di depan kepala sekolah.

Saya akan memulai tulisan saya ini dari persepsi masyarakat pada umumnya, dan persepsi siswa pada khususnya bahwa mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Kiranya bagi kita yang pernah berwisata ke pulau Bali pernah melihat atau mendengar jargon " JOGER JELEK ". Nah inilah jargon kontradiktif yang dapat kita adopsi dengan kata lain, yaitu " MATEMATIKA ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN ", walaupun kenyataannya semua orang menilai tidak demikian. Dengan memberikan jargon seperti itu setidaknya dapat perlahan-lahan menghapus bahwa matematika itu sulit dan membosankan.

Dari pengalaman selama 20 tahun mengajar, saya mempunyai beberapa pemikiran secara pribadi dan bersifat bukan universal, bagaimana mengajar pelajaran matematika yang dapat dikategorikan " berusaha mengajar baik " antara lain :

1. Style Mengajar : Guru matematika galak, noway. Ingat matematika adalah pelajaran yang mempunyai karakter sensitif dalam segala hal, atinya membutuhkan penyampaian materi yang menyenangkan, tidak membosankan dan kontinuitas pengawasan terhadap kemampuan siswa.

Mengajar matematika harus dengan style yang menarik dari segala hal, penampilan, metode, dan lain sebagainya yang boleh kita menganggap bahwa kita adalah seorang artis di depan para peserta didik dengan tujuan lain, bukan menghibur tetapi sebagai wahana para peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Mengajar matematika boleh punya tujuan agar peserta didik senang belajar matematika, dalam hal ini lepas dari paham dan tidaknya siswa terhadap pembelajaran. Karena dengan didasari rasa senang kemungkinan besar akan menumbuhkan rasa ingin tahu yang mendalam terhadap materi yang kita bahas.

2. Mengajar tanpa membawa urusan lain : Urusan rumah, kantor, keuangan pribadi, emosi dengan pihak lain jangan sekali-kali mempengaruhi aktivitas pembelajaran, akibatnyaakan sangat parah. Mengajar adalah mengajar, kita harus menunjukkan sebagai fasilitator ilmu yang objektif dan fresh di depan perserta didik. Sebagai pengalaman " Saya selalu membayangkan apa yang akan saya sampaikan di kelas saya agar peserta didik saya dapat belajar dengan baik terhadap suatu topik tertentu, baik 1 hari sebelumnya, pada saatakan makan malam, terlebih pada saat saya naik sepeda motor menuju ke sekolah.

3. Konsisten dalam pembelajaran dan evaluasi : Mengajar harus terprogram dengan baik, dari segi perangkat, pelaksanaan dan rencana evaluasi dan pelaksanaannya. Kalimat yang paling mudah, berusaha mengajar dengan baik, melakukan evaluasi dan selalu membagikan hasil evaluasi tersebut.

4. Berusaha mementingkan profesi dari pada sosial : Kalau kita mengenal istilah " among tamu " dalam budaya jawa, pada saat oada hajatan, itu bagi saya akan saya hindari. Sekali kita ikut among tamu, maka kita akan menjadi among tamu seumur hidup. Harus dibatasi among tamu bagi seorang guru profesional start-nya jam 4 sore, kalau masih ada guru yang ijin tidak mengajar karena among tamu. saya tidak bisa menuliskan akibatnya.

5. Menerapkan reward dan hukuman : Reward tidak harus berupa barang atau uang, hukuman tidak harus berupa denda atau perlakuan khusus yang menunjukkan hukuman. Dengan kuis dengan memberikan nilai plus termasuk reward bagi siswa yang rajin belajar, dengan memberikan tugas khusus kita dapat memberikan hukuman.

6. Pembelajaran Demokratis : Mengajar demokratis adalah menciptakan pembelajaran yang sebelumnya didiskusikan dengan peserta didik, tentunya harus dengan sikap yang konsisten dan konsekuen dari semua pihak, terutama guru. Kita dapat mendiskusikan kapan ulangan, kapan her, bagaimana belajar ini yang baik, itu yang memudahkan belajar.

Amin.Amin.Amin. Semoga kita termasuk guru yang berusaha mengajar dan mendidik dengan baik!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun